"Manusia mencoba menjalani hari dengan optimis, namun tanpa waspada."
"Kini... sendiri di sini... Mencarimu, tak tahu di mana
Semoga tenang... kau di sana.. selamanya..."
Sepotong lirik dari lagu Kemarin milik grup band Seventeen ini seolah menggambarkan apa yang kini sedang dialami oleh grup band asal Yogyakarta ini. Sebuah perjalanan hidup tentang kebersamaan yang lama, lalu harus berakhir dengan perpisahan yang berujung pada pencarian. Entah, apakah itu kebetulan, atau memang sudah menjadi bagian dari potongan misteri tentang kehidupan di masa depan.
Jika ditelusuri dari pembuatan lirik lagu ini, sebenarnya merupakan kisah kilas balik dari apa yang dialami oleh Herman---si pencipta lagunya. "Sebuah rasa kehilangan seseorang yang sangat berarti", begitulah yang dicoba untuk dapat disampaikan melalui lagu ini. Sebuah kisah perpisahan yang tak dikemas lebay dan terasa sangat masuk ke perasaan---bagi yang juga sedang merasa kehilangan.
Lagu ini sebenarnya sudah cukup lama berada di dalam album 'Pantang Mundur' yang dirilis tahun 2016. Namun, terlihat 'booming' pasca musibah yang dialami grup band Seventeen, si pemilik lagu ini. Musibah yang tak pernah diinginkan oleh siapapun harus menelan banyak orang termasuk personil Seventeen. Tiga orang personilnya; Herman (gitaris), Bani (bassis), dan Andi (drumer) harus menjadi korban yang tak selamat. Sedangkan Ifan yang menjadi korban selamat harus menjadi saksi kejadian bencana Tsunami yang melanda Banten, Pandeglang, dan Lampung.
Tidak hanya rekan segrupnya yang harus menjadi korban yang meninggal, termasuk sang istri dari Ifan juga harus berpisah dengan vokalis yang memiliki saudara kembar ini, untuk selamanya. Bahkan, istri Ifan yang bernama Dylan Sahara ini harus dinyatakan hilang dua hari pasca tsunami---yang datang kembali melanda Indonesia pasca tsunami di Palu beberapa waktu lalu.
Suatu peristiwa yang tidak bisa diterima begitu saja, namun memang harus dialami oleh manusia. Butuh suatu keikhlasan yang sangat besar untuk menerima ujian hidup. Bahkan, setiap hari tak pernah terbayangkan jika lagu yang menceritakan masa lalu, harus kembali ke dalam kehidupan bagi Seventeen. Seolah-olah lagu Kemarin menjadi ramalan tersendiri bagi kehidupan Seventeen.
Kehilangan orang-orang penting di dalam hidup yang siapa yang saja tak akan pernah menginginkannya, dan ini menjadi suatu kepiluan yang mengundang empati besar. Karena, bersama peristiwa ini kita menemukan contoh hidup secara nyata, bahwa masa depan tidak ada yang tahu, walau potong-potongan misterinya sudah tersusun sejak lama.
Siapa yang dapat menduga hari esok?
Semua hanya bisa berharap yang terbaik, tanpa mau memperkirakan apa yang akan terjadi secara detilnya---ada dukanya pula.
Manusia saat ini semakin berada di masa yang serba optimis namun tidak dibarengi dengan kewaspadaan. Begitupula dengan apa yang terjadi pada kehidupan masyarakat Indonesia secara luas. Semua orang hanya bangun dari tidurnya hanya untuk mengetahui kehidupan orang lain dan memperbincangkannya.