Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Sepak Bola Indonesia Tetap "Menarik"

Diperbarui: 29 November 2018   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Statistik Persaingan Klub Liga 1 2018. (Line Today)

"Benarkah MAFIA sedang 'mengurung' sepakbola Indonesia?"

Kabar negatif selalu menghiasi setiap berita tentang sepakbola Indonesia. Seolah-olah tak ada kabar dari lapangan hijau yang dapat membuat kita bisa nyaman saat duduk dan menyeruput secangkir teh (tanpa gula) hangat di pagi hari. Segala permasalahan muncul dari Sabang-Merauke untuk menunjukkan betapa kita tidak bisa menganggap remeh olahraga terbesar sejagad ini. 

Namun, kabar dari lapangan hijau setidaknya lebih 'menghibur' daripada kabar dari jagad hiburan yang seringkali malah membuat kerusuhan di kalangan emak-emak dan netizen pemburu gosip gimmick.

Sepakbola Indonesia kembali tertunduk lesu, setelah diisi oleh kabar kerusuhan suporter yang menimbulkan korban jiwa. Lalu disambung dengan kegagalan timnas di segala levelnya dalam keikutsertaan di semua kompetisi yang digelar tahun 2018 ini. 

Asian Games, Piala AFF dan Piala AFC kelompok umur, sampai yang terbaru adalah kegagalan timnas Indonesia senior di ajang satu kampung Asia Tenggara, Piala AFF. Ibaratnya Piala Dunia adalah kompetisi level kota, Piala Asia adalah level kecamatan, sedangkan Piala AFF adalah level kelurahan. Jadi masih di level kelurahan, namun performa kita masih belum stabil. Apalagi mau bertanding di level kecamatan?

Di Piala AFF tahun ini terlihat betul bagaimana sempoyongannya timnas kita saat ini. Padahal, jika ditelisik dari susunan pemainnya, ini adalah susunan pemain yang 85% the dream team. Dari penjaga gawang nomor satunya (walau tidak menggunakan nomor punggung 1) adalah penjaga gawang yang sudah paling pengalaman dan paling konsisten performanya di level sepakbola profesional Indonesia saat ini. 

Lalu di duet bek tengahnya ada dua bek dengan postur tubuh ideal dan dalam usia yang masih dapat memperkuat timnas dua sampai empat tahun lagi---dengan catatan performa yang stabil dan lebih baik lagi dalam membangun koordinasi. Sepasang fullback yang sudah langganan berseragam timnas ini juga masih dapat diyakini kemampuannya dalam bertahan dan membantu serangan. Termasuk di skuad cadangannya, stok fullback Indonesia sangat mantap betul (mantul).

Lalu, kita memiliki lini tengah yang menggabungkan antara jebolan U-19 yang juara Piala AFF tahun 2014 dengan pemain-pemain berpengalaman di kompetisi internasional seperti Andik Vermansyah dan Stefano Lilipaly dan mengorbitkan pemain baru seperti Febri Hariyadi, Irfan Jaya dan Riko Simanjuntak. 

Soal lini depan, kita tentu sangat mengharapkan pundi-pundi gol timnas kembali gahar seperti tahun 2010. Ketika lini depan timnas diisi oleh pemain naturalisasi asal Uruguay, Cristian Gonzales. Delapan tahun kemudian, kita akhirnya memiliki pemain naturalisasi baru di lini penyerang utama, yaitu Alberto Goncalves atau yang akrab dipanggil Beto ini.

Usia penyerang yang berkampung halaman di Brazil ini saat mengenakan seragam Merah-Putih sebenarnya juga tak jauh berbeda dengan usia Gonzales saat berseragam timnas Garuda saat itu. Berada di usia senja, namun dengan performa yang masih cukup stabil bukan menjadi penghalang bagi Beto untuk dapat membanggakan ratusan juta penduduk Indonesia. 

Sang pertiwi seolah-olah tak keberatan untuk menerima putra bangsa baru dari tanah lain yang jauh dari tanah khatulistiwa ini. Performanya yang cukup mengesankan saat Asian Games 2018, seolah-olah membangunkan asa bagi masyarakat Indonesia untuk menggelorakan namanya di setiap laga di kompetisi dua tahunan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline