Lihat ke Halaman Asli

Fery Deddy Fahriza

Music is my soul

Saat Warga Morowali Minta Krisis Listrik Segera Diatasi

Diperbarui: 9 Desember 2021   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aliansi Pelanggan Listrik Menggugat atau Pelita melakukan aksi unjuk rasa minta krisis listrik Morowali diatasi. Sumber foto: sultengterkini.id

Pembangunan kawasan industri luar Pulau Jawa termasuk di Sulawesi sedang gencar-gencarnya dilakukan demi mengejar program hilirisasi industri yang dikatakan bisa meningkatkan produk industri agar mempunyai daya saing di pasar global. 

Senyatanya,  pembangunan kawasan industri juga harus diiringi dengan pembangunan infrastrukturnya. Hal yang paling menunjang kegiatan di sektor perindustrian selain mesin dan peralatan-peralatan ialah sarana dan prasarana seperti listrik dan jalanan.

Tentunya listrik adalah yang mempunyai peran penting karena listriklah yang menggerakan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan industri. PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park), sebagai salah satu kawasan industri yang berada di Morowali tentunya mempunyai PLTU sendiri.

Krisis Listrik Masih Ada di Morowali

Namun, di luar kawasan industri, Kabupaten Morowali itu sendiri mengalami krisis listrik. Warga pun mulai resah dengan adanya pemadaman bergilir dilakukan PLN. Warga di kecamatan Bahodopi misalnya, sering mendapatkan pemberitahuan dari PLN akan pemadaman listrik dengan durasi lebih dari 8 jam dengan beragam alasan, mulai dari pemeliharaan mesin, pengujian mesin, pemotongan pohon dan sederet alasannya lainnya.

Maka tak heran, bila akhirnya warga Morowali melakukan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Morowali (AMMM) pada November 2021 kemarin, elemen mahasiswa ini menuntut Bupati dan DPRD Morowali hingga PLN untuk membereskan masalah krisis listrik.

Menyusul mahasiswa, Aliansi Pelanggan Listrik Menggugat (Pelita) Morowali juga melakukan aksi unjuk rasa pada Selasa, (16/11/2021). Pelita Morowali menyoroti bahwa dengan adanya pemadaman bergilir dapat mengganggu aktivitas perekonomian rakyat serta menghambat aktivitas publik lainya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan kegiatan perkantoran.

Koordinator Lapangan dalam aksi ini yaitu Yopi juga menyayangkan mengapa pihak pemerintah tidak memanfaatkan pasokan listrik yang melimpah di PLTU PT IMIP. Ia kembali menunjukkan bahwa ketika pihak penyedia listrik negara membeli listrik dari PLTU IMIP di kala 2017 sebesar 5MW, hal itu pernah menjadi solusi yang mengatasi permasalahan listrik masyarakat Bahodopi. Namun selanjutnya, PLN lebih memilih mesin diesel dan tidak melanjutkan kerjasama jual beli daya listrik ke PT IMIP.

Lebih lanjut, Yopi juga mengatakan bahwa harga jual beli listrik ke PT IMIP  yaitu Rp710/kWh, jauh lebih murah dari harga SNI pembelian listrik oleh PLN ke pihak swasta lain yaitu Rp1.059 per kWh.

Permasalahan listrik di Morowali mungkin bisa diatasi dengan pemanfaatan ragam pembangkit  listrik seperti selain dari PLTU PT IMIP, PLTA Desa Sakita dan PLTD Desa Bahoruru. Namun semua pihak pembangkit listrik tersebut tentu tidak bisa begitu saja mengalirkan listrik ke rumah-rumah warga. Semua tergantung kerja sama/teken yang dilakukan oleh berbagai pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline