Lihat ke Halaman Asli

Semua Anak Bangsa

Diperbarui: 20 Februari 2016   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Buku “Semua Anak Bangsa” karangan Pramoedya Ananta Toer ini adalah lanjutan dari buku “Bumi Manusia” dan “Bumi Manusia” adalah episode pertama dari salah satu cerita yang dituliskan Pramoedya. Di buku ini diceritakan tentang periode observasi atau turun ke bawah mencaari serangkaian spirit lapangan dan kehidupan arus bawah Pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa. Di titik ini Minke diperhadapakan antara kekaguman yang melimpah-limpah pada peradaban Eropa dan kenyataan di selingkungan bangsanya yang kerdil.

Siapa itu Minke? Minke adalah pemeran utama di dalam cerita ini yang menikah dengan seorang gadis seorang Eropa yang adalah bangsa yang menjajah bangsa Minke sendiri. Nama aslinya bukanlah Minke, tetapi dia dipanggil Minke karena mirip monyet(“Monkey”). Lagipula pembahasan tentang tokoh utama ini berada di buku “Bumi Manusia” dan saya membaca buku yang ke dua nya.

Minke adalah orang yang memiliki hobi menulis dan selalu menganalisis cara berpikir orang yang sedang berbicara dengannya. Menurut saya, kebiasaan Minke yang senang diajak berbicara dan selalu menganalisis cara berpikir orang itu bagus, dan saya pun senang melakukan hal tersebut. Bagus bukan kalau kita mengetahui jalan pikiran orang banyak sehingga kita dapat mengerti apa yang mereka rasakan dan kita juga menjadi tahu bagaimana menghadapi orang yang berbeda sifat. Kan jika kita ingin memperlakukan seseorang, tidak semuanya sama bukan? Dan melakukan hal tersebut ternyata menyenangkan dan seru juga.

Diceritakan pula disini Minke bekerja sebagai penulis untuk koran S.N.v/d D, sebuah koran zaman dahulu yang terbit di daerah Surabaya. Selama dia bekerja disitu, dia mengalami banyak sekali konflik dan dia mendapatkan ilmu dari sana dan dapat lebih dekat dengan pribumi. Karena sebelumnya Minke ini hanya menulis untuk bangsa Eropa dan hanya dengan menulis dengan bahasa Belanda. Kemudian salah satu teman dari Minke yaitu Jean Marais dan Kommer menyuruh dia untuk lebih dekat dengan pribumi dan menulis berita dalam bahasa Melayu. Awalnya Minke menolak karena dia menganggap bahwa menulis dalam tulisan Melayu itu tidak berpendidikan, lagipula hanya sedikit yang baca karena pribumi banyak yang buta huruf. Kemudian waktu demi waktu, dia menyadari bahwa memang betul dia kurang dekat dengan bangsa dia sendiri dan dia akan mempelajarinya.

Telah disebutkan nama Jean Marais? Siapak itu Jean Marais? Saya sendiripun kurang begitu tahu karena di buku yang kedua ini tiba-tiba muncul nama nya. Yang saya ketahui adalah dia adalah seorang pelukis, asal Prancis dan merupakan teman dari Minke. Dia memiliki seorang anak kecil gadis yang bernama Maysaroh. Jean pun telah membantu Minke dalam banyak hal, diantaranya menggambar Annalies dan membantu Nyai Ontosoroh dalam melawan Ir. Mellema.  Walaupun di sini dia dan Minke pernah mengalami konflik, tapi itu tidaklah menghalangi mereka dalam pertemanan. Menurut saya, itu adalah hal positif dalam pertemanan, walaupun ada konflik dalam pertemanan maka harus segera diselesaikan.

Kemudian siapakah itu Kommer? Kommer juga merupakan teman dari Minke dan dia adalah seorang Jurnalis dan dia adalah seorang Eropa. Dia adalah orang yang baik hati dan pernah melamar Nyai Ontosoroh tapi ditolak olehnya. Dia juga sering membantu Minke, terutama pada saat berhadapan dengan Ir. Mellema.

Nyai Ontosoroh adalah mertua dari Minke, Mama dari Annalies dan sekaligus adalah guru secara tak langsung bagi Minke. Nyai tersebut memiliki nama lain Sanikem. Dia adalah keturunan pribumi yang menikah dengan orang Belanda dan memegang perusahaan mendiang suaminya. Nyai adalah sesosok orang yang cantik, bijak dan keras walaupun sudah berumur, tetapi dengan tingkahnya yang seperti itu maka dia tidak kelihatan telah berumur. Disini Nyai telah ditinggalkan oleh seluruh keluarganya, baik suami dan anak-anaknya dan hanya memiliki Minke seorang sebagai Menantu. Nyai selalu mengajari dan bercerita kepada Minke tentang kehidupan Belanda di Hindia ini. Dia seperti orang yang tau banyak hal dan diturunkan kepada menantunya dan Minke pun menerima dan mempelajarinya dengan sangat teliti. Menurut saya, inilah yang seharusnya seorang menantu lakukan kepada mertua sendiri, menghormati mertua.

Annalies adalah sesosok perempuan cantik yang dicintai oleh Minke sejak mereka bertemu. Begitu katanya ketika diceritakan di buku yang pertama. Annalies adalah anak dari Nyai Ontosoroh dan Herman Mellema dan memiliki seorang kakak yaitu Robert Mellema. Di buku ini diceritakan Annalies telah pergi ke Belanda dalam keadaan sakit, kemudian dia meninggal di atas kapal ketika perjalanannya menuju Belanda. Di saat detik-detik sebelum kematian Annalies, Nyai menyelundupkan Panji Darman untuk menemani Annalies, karena Annalies pergi ke Belanda tidak boleh dengan siapa-siapa. Panji Darman selalu mengirimkan surat kepada Nyai dan Minke tentang keadaan Annalies dan dimana mereka berada sampai akhirnya wafatnya Annalies. Menurut saya, cerita ini mengharukan hati saya karena seorang sahabat menemani istri sahabatnya di detik-detik kematiannya dan selalu memberi kabar ke mama dan suaminya yang menunggu kabar dari Surabaya.  

Demikian adalah penjelasan dari beberapa tokoh di dalam cerita ini dan masih ada banyak lagi. Walaupun demikian, cerita ini sangatlah menarik untuk terus dibaca dan dipahami. Kalian akan dibuai dengan konflik-konflik yang cukup menegangkan pada masa kolonial Belanda di Bangsa kita sendiri, Indonesia. Dan tokoh-tokoh yang muncul selalu memiliki peran dan masalah yang cukup menarik hati. Lagipula cerita ini mengambil latar pada era penjajahan Belanda. Saya sendiri sangat suka pada suasana-suasana seperti itu, rasanya seperti kuno tetapi modern dan suasananya sejuk. Lagipula menurut orang-orang, cerita ini adalah cerita asli yang terjadi pada masa itu. Saya sendiri pun hampir tidak bisa membedakan yang mana asli dan sebaliknya, lagipula cerita ini mengandung sejarah yang semakin menguatkan kita untuk percaya kalau cerita ini benar-benar asli.

Sejarah yang diceritakan disini seperti culturstelsel yang lebih kita kenal sebagai tanam paksa. Memang diceritakan petani-petani dipaksa untuk memberi kolonial tanah mereka dan memperkerjakan mereka untuk menanam tanaman yang diinginkan kolonial. Jika mereka tidak mau memberikan tanahnya, kolonial dapat melakukan hal licik atau cara paksa untuk mendapatkannya. Mereka awalnya mengatakan bahwa akan mendapat uang sewa tetapi tidak mendapatkan sesuai dengan perjanjian, sangatlah minim. Dan ketika mereka menanam, kolonial juga tidak memberi upah sesuai dengan perjanjian sehingga perbuatan tersebut membuat rakyat jadi susah dan miskin. Dan tokoh-tokoh sejarah lain yang diceritakan adalah R.A. Kartini, Daendels, Snouck Hugronje dan Multatuli. Disini disebutkan bahwa Multatuli adalah guru dari Minke, entah asli atau tidak, saya tidak tahu.

Alur cerita pada cerita ini sangatlah menarik karena terlalu banyak alur mundur(flashback). Menurut saya tidaklah salah karena menceritakan tentang kejadian masa lampau untuk memperjelas cerita selanjutnya. Maka untuk seperti saya yang langsung membaca episode ke dua ini tidaklah menjadi hambatan untuk cepat beradaptasi dengan cerita ini, tetapi mungkin hanya mengalami ketidaktahuan tentang tokoh-tokoh yang telah diungkit pada episode sebelumnya. Dan saya yakin hal ini akan sama terjadi jika kalian membaca langsung ke buku ketiga dan keempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline