Proses pembelajaran di dalam ruang-ruang kelas dimulai dengan suatu rencana. Salah satu bentuk rencana pembelajaran bisa dilakukan secara tertulis melalui RPP. Di dalam rencana pembelajaran, pendidik perlu menentukan tujuan pembelajaran. Taksonomi Bloom identik dengan kata kerja yang digunakan dalam menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Taxonomi bloom merupakan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan pernyataan- pernyataan yang kita harapkan atau maksudkan untuk dipelajari siswa sebagai hasil instruksi (Krathwohl, 2010).
The Taxonomy of Educational Objectives is a scheme for classifying educational goals, objectives, and, most recently, standards. It provides an organizational structure that gives a commonly understood meaning to objectives classified in one of its categories, thereby enhancing communication.
Seperti yang tertuang pada refleksi saya sebelumnya, bahwasanya suatu teori terus dikembangkan oleh para ahli. Teori Taksonomi Bloom ini tak luput dari sebuah revisi. Revisi dilakukan seorang murid Bloom bernama Lorin Anderson Krathwohl. Hal ini dilakukan sebagai sebuah jawaban atas perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan sesuai kemajuan teknologi, dimana dimensi kognitif tidaklah cukup. Karena itu hasil revisi menekankan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada bloom revisi perubahan terjadi dalam tiga kategori besar: terminologi, struktur, dan penekanan. Dalam Konsepnya, Bloom sangat menekankan aspek kognitif dengan kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Sementara Taksonomi revisi mengubah terminologi yang digunakan dari kata benda menjadi kata kerja. Pengetahuan menjadi dasar dari enam proses kognitif ini. Berdasarkan hasil revisi, hirarki pembelajran Taksonomi Bloom dimulai dengan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisa (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Hal ini jelas berbeda dengan Taksonomi Bloom lama, dimana hirarki dimualai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, Analisa, sintesa dan evaluasi.
The former most resembles the subcategories of the original Knowledge category. The latter resembles the six categories of the original Taxonomy with the Knowledge category named Remember, the Comprehension category named Understand, Synthesis renamed Create and made the top category, and the remaining categories changed to their verb forms: Apply, Analyze, and Evaluate. They are arranged in a hierarchical structure, but not as rigidly as in the original Taxonomy.
Merefleksikan hirarki Taksonomi Bloom yang mengalami revisi, mengelitik saya sebagai seorang pendidik untuk memahami bahwa kemampuan berfikir siswa berkembang seiring berjalannya waktu dengan tahapan yang berbeda. Kemampuan tersebut bisa berkembang dengan maksimal jika kita sebagai guru mendorong siswa secara optimal kapasitas mereka. Oleh sebab itu, guru dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendesain pembelajaran yang sesuai. Sebuah perpaduan pengetahuan dan keterampilan hanya bisa dicapai oleh siswa secara baik dan benar jikalau guru dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai tahap-tahapan yang berstruktur. Hal ini sejalan dengan fungsi daripada Taksonomi Bloom yaitu sebagai alat bantu ukur dalam menilai pemahaman siswa.
Out of necessity, teachers must measure their students' ability. Accurately doing so requires a classification of levels of intellectual behavior important in learning. Bloom's Taxonomy provided the measurement tool for thinking.
Pada prakteknya saya memang selalu berkiblat kepada taksonomi Bloom jika mempersiapkan RPP. RPP yang saya buat tidak lepas dari kata kerja operasional yang saya adaptasi darinya. Kata kerja tersebut sangat membantu saya sebagai pendidik untuk tahu tujuan pembelajaran. Menurut saya, Taksonomi Bloom ini memberikan manfaat yang begitu besar bagi dunia pendidikan. Tapi saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam menentukan indikator pada dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan harus berhati-hati. Saya tidak boleh serta merta ambil tempel tanpa perlu tahu essensi dari setiap kata kerja. Menggunakan apa yang ada tanpa mencermati tahapan proses untuk mencapai tujuan akan sangat berbahaya. Kelemahan ini perlu disadari oleh setiap guru agar terus menerus mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Rencana yang tanpa pengetahuan akan sangat berdampak negatif terhadap proses dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, mari kita mempelajari terus menerus teori yang sudah ada dengan tetap mempertimbangkan mana yang relevan. Pada akhir refleksi, saya mencoba memberikan contoh aplikasi penggunaan Taksonomi Bloom ke dalam ruang kelas TK pada mata pelajaran Bahasa. Berikut tujuan pelajaran berdasarkan kisah Goldilocks dan Tiga Beruang yang tertuang di dalam RPP saya.
Ingat: Sebutkan siapa saja tokoh yang ada di dalam cerita.
Memahami: Ceritakan kembali dengan bahasa sendiri tentang cerita Goldilocks.
Terapkan: Pikirkan alasan mengapa Goldilocks masuk ke rumah.
Analisis: Apa yang akan siswa lakukan jika mereka menajdi Goldilocks dan 3 beruang.