Lihat ke Halaman Asli

Implikasi Teori Belajar Kognitif Piaget Terhadap Pembelajaran Matematika di TK

Diperbarui: 9 November 2022   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image capOP Financial Group ion


Sebagai seorang pendidik, saya menyadari pentingnya esensi belajar dalam proses pendidikan. Proses pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang struktur kognitif individu sehingga mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru. Saya meyakini bahwa setiap anak  dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Hal ini  berarti bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anak dapat dibentuk oleh dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan lingkungan sekitar yang terus berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mampu beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur kognitif, pengetahuan, wawasan dan pemahaman. 

Saya sebagai seorang guru TK tidak luput dari penggunaan teori belajar kognitif. Teori belajar kognitif ini merupakan suatu teori belajar yang lebih menekankan suatu proses belajar daripada hasil belajar (Sutarto, 2017). Seperti yang sudah saya pelajari sebelumnya, bahwa menurut Piaget ada 4 tahapan kognitif yakni:

a).Tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun). Tahap dimana anak mengenali lingkungan menggunakan panca indra mereka.
b) Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada usia ini individu mulai memiliki kecakapan motorik.
c) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun).Anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian yang bersifat
konkret. Anak  sudah dapat membedakan benda yang sama dalam kondisi yang berbeda.
d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas). Anak sudah dapat berpikir secara abstrak, lebih logis dan idealis.

"Kecepatan perkembangan setiap individu melalui urutan, dan setiap tahap tersebut berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut (Slavin, 2018)."

Karena saya masih mengajar anak usia 3-4 tahun, maka saya akan menekankan pada tahap pra-operasional. Di tahap ini biasanya dihubungkan dengan adanya penggunaan simbol atau penggunaan bahasa tanda. Selain itu, pada tahapan ini, konsep intuitif seorang anak mulai mengalami perkembangan atau pertumbuhan. Biasanya pengetahuan yang didapatkan berasal dari suatu hal yang bersifat abstrak. Ketika seorang anak memasuki tahap pra-operasional rata-rata sudah bisa mengenali ciri dari suatu objek. Contohnya ada bola yang berwarna hijau, dapat mengumpulkan benda yang sesuai dengan ukurannya, dan sebagainya. 

Pada prakteknya di kelas matematika, saya mengajari anak tentang macam-macam bentuk. Saya memperkenalkan kepada anak tentang 4 bentuk dasar yakni lingkaran, segitiga, persegi, dan persegi panjang. Saya meminta anak-anak kemudian mencari benda-benda nyata di dalam kelas yang memiliki bentuk tersebut. Setelah itu, saya meminta anak menyebutkan bentuk dari masing-masing benda. Ada beberapa anak yang masih bingung untuk membedakan persegi dari persegi panjang dan sebaliknya. Bahkan ada 1-2 anak yang masih kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dicari. Selebihnya sudah sangat memahami dan tidak bingung, mereka dapat mencari dan memberitahu bentuk daripada benda tersebut. Anak-anak yang masih bingung, saya bimbing lebih lagi dengan membawa lebih banyak contoh nyata dari bentuk-bentuk yang saya sudah ajarkan.

"This means that complex ideas and concepts are beyond his capacities, which leads to the fact that words and formulas are remembered but not understood. Students really become capable of understanding abstract and complex ideas when they reach the level of formal operations (Piaget & Inhelder, 1956)."

Hal ini menyadarkan saya bahwa  teori belajar kognitif memiliki peranan penting dalam mengubah mental dari peserta didik.  Sekali lagi saya menekankan bahwa teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses pembelajaran daripada hasil dari pembelajaran itu sendiri. Saya sebagai seorang pendidik memegang prinsip bahwa proses belajar bisa mengubah mental dan cara berpikir anak. Kesimpulan saya, teori belajar kognitif tidak harus dilihat dari perubahan tingkah laku peserta didik, tetapi melihat suatu proses secara keseluruhan yang dilalui oleh anak. Proses tersebut menjadi cara anak melihat atau menilai suatu hal. 

Referensi:

https://learn.uph.edu/pluginfile.php/1867505/mod_resource/content/1/2741-10848-1-PB.pdf

http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JBK/article/view/331/pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline