Lihat ke Halaman Asli

Belajar dengan Metode "Experiential Learning" di Tingkat PAUD

Diperbarui: 9 November 2022   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Education is not preparation for life; education is life itself".

Suatu pernyataan yang memiliki makna yang dalam bagi saya sebagai seorang pendidik. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan dari seorang tokoh yang kita percayai sebagai bapak filsafat sekaligus  reformasi pendidikan yakni John Dewey. Bagi saya pernyataan beliau mengarahkan saya sebagai guru untuk memandang proses pendidikan sebagai suatu proses yang hidup. Hal ini menjadi katalisator bagi saya dalam mengubah cara mengajar saya. Saya ingin murid-murid dapat memiliki nilai hidup yang berarti dalam prosesnya. Oleh sebab itu, saya tidak mau menjadi seorang guru yang sekedar mengkopikan ilmu  kepada murid-murid saya. Sebagai pendidik saya menjadi seorang fasilitator, katalisator dan mentor untuk mereka. Saya harus membimbing murid-murid saya yang masih dini untuk memahami kehidupan sesuai dengan kapasitas mereka. 

"Education must begin with psychological insights of child's  capacities, interests, and habits".

Salah satu cara yang bisa saya terapkan adalah experiential  learning.  Experiential Learning atau Hands on Learning merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan murid belajar melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung untuk memberikan suatu pengetahuan yang baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Untuk tingkat PAUD, penerapan Experiential Learning ini sangat sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pembelajaran untuk anak-anak di usia dini memang diharuskan untuk lebih dulu belajar bereksplorasi dengan objek-objek yang konkrit.

"The students must interact with their environment in order to adapt and learn".

Pernyataan tersebut benar adanya. Misalnya ketika saya mengajarkan tentang mahluk hidup, saya ajak murid-murid saya keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar sekolah. Hal ini diharapkan agar mereka dapat mengetahui secara langsung objek yang dimaksud dengan mahluk hidup disekeliling mereka. Metode pembelajaran ini diharapkan memberikan makna atau pengertian yang lebih dalam bagi anak-anak usia dini. Bagi saya, metode ini sangat efektif karena tidak perlu dengan banyak kata atau ceramah. Anak-anak dapat dengan cepat membagikan pemahaman mereka kepada saya melalui observasi langsung.  Mereka dapat menyimpulkan bahwa bunga harus disiram agar tidak mati, kucing harus diberi makan agar tidak kelaparan. Pemahaman tersebut, kemudian menjadi pengantar untuk saya menjelaskan ciri-ciri mahluk hidup kepada mereka.Hal yang menurut orang dewasa sangat sederhana tapi mungkin berbeda di tingkat kognitif anak. Karena pendidikan itu adalah kehidupan, maka saya harus memastikan bahwa murid-murid saya menghidupi kehidupan tersebut secara bermakna. Suatu proses kehidupan yang tidak hanya saja mendengar tetapi juga mengalaminya secara personal dan kemudian dibawa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling berbagi. 

Referensi:

https://learn.uph.edu/pluginfile.php/1860216/mod_resource/content/1/John%20Dewey%20%20Philosopher%20and%20Education%20Reformer.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline