Lihat ke Halaman Asli

deborah hutaurukciracas

penggemar bola, musik rock, hobby jalan kaki

Aplikasi Teori John Dewey saat PJJ Di Sekolah Dasar

Diperbarui: 11 September 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

SEjak Maret 2020, masa PSBB pertama di Jakarta, seluruh sekolah dihadapkan tantangan baru. Bagaimana anak-anak sekolah dari rumah? Bagaimana guru mengajar jarak jauh? Bagaimana anak dan guru beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang baru tanpa tatap muka langsung?

SIswa tetap bisa belajar hal baru, mengerti materi kurikulum yang ada, dan guru tetap bisa mengajar berbasis k13 dan lesson plan (Rencana kerja/ajar), biarpun ada stimuli sosial yang tidak terpenuhi (tatap muka) 

Pertama kita harus kenal siapakah John Dewey? Beliau adalah ahli filsafat, pakar pendidikan, pemikiran progresif. Ia berasal dari AMerika yang lahir di abad 19 (1857-1952), tepat saat kebangkitan dunia industri berbasis labor intensif dan dunia mengalami perang dunia pertama dan kedua, serta penemuan berbagai vaksin.

Ia mengatakan bahwa di sekolah, tidak hanya siswa yang belajar, namun guru juga belajar, maka proses pembelajaran antara guru dan siswa menghasil hasil yang kondusif bagi kedua pihak. Menurut sumber Wikipedia, Dewey mengatakan bahwa

 that education and learning are social and interactive processes, and thus the school itself is a social institution through which social reform can and should take place. In addition, he believed that students thrive in an environment where they are allowed to experience and interact with the curriculum, and all students should have the opportunity to take part in their own learning.

Dewey menekankan proses belajar dan pemahaman dengan prinsip sbb:

1. Learning by Doing , seperti latihan soal, baca buku, praktikum, kegiatan 

2. Discussion/Debate antar siswa/guru, menyampaikan pendapat, ide. SIswa bisa mendengarkan pendapat teman/guru, menerima dan menolak atau menyampaikan ide/gagasannya

3. Interactive: Pelajar mengobservasi di lapangan dan menganalisa. Misalnya, siswa memperhatikan perubahan dari biji kacang ijo berubah menjadi tumbuhan, atau pelajar bersama team memperhatikan curah hujan sambil berdiri luar dan merasakannya.

4. Interdisciplinary; sesuai dengan kurikulum saat ini K13 dan sistem AKM,  pada sistem sekolah dasar sekarang materi pelajaran saling berkesinambungan berbasis Kompetensi Inti dan Dasar yang telah disusun diknas. COntohnya: siswa mengamati satu tumbuhan cabe, mengamati jenis daunnya, menggambar bentuk daun/pohon, serta menghitung seberapa tinggi tumbuhan yang ia amati. Dalam satu tugas, ia telah melakukan pelajaran IPA, Matematika, senirupa, dan juga Bahasa Indonesia.

Saat pembelajaran tatap muka (sebelum pandemik covid 19), ke empat hal ini bisa dilakukan bersama antara guru dan siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline