Lihat ke Halaman Asli

Debi Setyawan

Guru Madrasah

Butuh Waktu, Guruku

Diperbarui: 2 Oktober 2019   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seperti biasa ku mulai pagi ini dengan berdoa sebelum pembelajaran saya mulai. Setelah beberapa hari saya meninggalkan kelas karena mengikuti pelatihan di luar sekolah.

Rasanya lama sekali tidak berjumpa dengan mereka, dua hari saya mengikuti pelatihan guna mengembangkan kompetensi yang saya miliki. Rasanya ada hawa yang menggugah jiwa saya saat pertama kali menginjakkan kaki menuju ruang kelas. Horee...... teriak mereka menyambut datangnya saya menuju meja kerja idaman saya di pojok kelas.

Dalam hati ku bergumam, "apakah saya berarti bagi mereka sehingga mereka teriakkan hore??" ah sudahlah mungkin itu hanya perasaan saya saja.

Satu per satu siswa mulai berdatangan menyambut dan bersalaman dengan saya. Dalam hati berkata lagi saya "apa yang sebenarnya mereka rasakan? saat ini?, apakah merindukan saya? atau hanya sekedar sambutan kecil saja?". ah sudahlah mungkin itu hanya perasaan saya saja.

Setelah bersalaman mereka bercerita kejadian di kelas selama saya cuti dua hari meninggalkan tugas mengajar. "pak pak, kemarin di kelas ada yang gojek sendiri lho di kelas", "pak kemarin ada yang masih tidak pakai kaos kaki lho pak", "pak kelasnya kotor sekali lho pak", "pak kemarin banyak yang tidak memperhatikan yang ada didepan lho pak" dan "pak kemarin ada yang gojek lho pak sewaktu sholat dzhuhur di masjid" dan banyak cerita lainnya yang mereka sampaikan kepada saya dengan keluguannya.

Sesampainnya di meja guru depan saya bertanya kepada anak anak "apakah betul yang kalian sampaikan tadi terjadi di waktu kemarin?" sambil mengklarifikasi kepada anak yang melakukan hal tersebut. 

Ternyata betul apa yang mereka sampaikan, setelah mengetahui hal tersebut kembali saya mengulang motivasi yang selalu saya ulang ulang setiap pagi bahwa jika kalian ingin sukses maka jujurlah dan disiplinlah, karena dengan melakukan dua hal tersebut kita terbebas dari cengkraman setan. 

Dalam hati saya merasa bahagia, karena apa yang saya sampaikan kepada anak anak, motivasi dipagi hari yang saya lakukan selama tiga bulan ini mereka ingat ingat, praktekkan  dan saling mengingatkan kepada sesama teman.nTernyata perasaan saya salah telah menganggap anak anak tidak mempraktekkan apa yang saya sampaikan.

Dari kejadian ini saya dapat menyimpulkan bahwa untuk memotivasi dan memberikan masukkan kepada peserta didik tidak bisa secara langsung di praktekkan, akan tetapi mereka membutuhkan waktu untuk memahami, mengingat ingat, mempraktekkan dan saling mengingatkan sesama teman. 

Wahai para pendidik di seluruh Indonesia, marilah kita tebar motivasi kepada siswa di setiap pagi. Kalaupun tidak bisa langsung di praktekkan maka kita haruslah berbaik sangka, karena Allah lah yang membukakan hati mereka perlahan lahan.

Sampaikanlah dari hati supaya dapat diterima dari hati pula. Apabila hati bertemu dengan hati maka akan berbunyi "klik" "klik" terkunci.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline