Oleh: *Debi Abdullah
Pesdestrian atau lebih dikenal dengan jalur pejalan kaki (trotoar), benarkah bisa membangun bangsa? Hal ini bagi sebagian orang mungkin menjadi sesuatu yang tidak pernah terjadi. Melihat bahwa pedestrian hanya berfunsi untuk pejalan kaki yang konon di kota-kota besar di Indonesia kini hilang manfaatnya. Khususnya di Jakarta, pedestrian telah dijajah oleh para pengendara motor dan pedagang kaki lima. Hal ini tentu merugikan pengguna jalan. Banyak masyarakat yang menggunakan fasilitas pedestrian mengeluh akibat hak jalannya dijajah. Dilihat dari sisi lainnya, justru pengendara motor dan pedagang kaki lima, mengambil manfaat dari adanya pedestrian.
Dalam laporan khas salah satu media televisi nasional baru-baru ini, beberapa pengendara motor dengan seenaknya menggunakan pedestrian untuk menghindar dari kemacetan. Kejadian seperti ini kerap terjadi di setiap sudut jalan, sehingga membuat para pejalan kaki tidak tenang dan nyaman. Begitu juga dengan pedagang kaki lima yang membanjiri setiap pedestrian. Sudah menjadi pandangan umum bahwa pedagang kaki lima khususnya di daerah-daerah dekat pasar menguasai pedestrian sepenuhnya.
Melihat pedestrian di setiap kota sekarang ini, memang tidak tidak tampak manfaatnya bagi pembangunan negara. Jika pemerintah Indonesia mau membangun pedestrian yang menarik dan terpadu dengan pohon-pohon indah menghiasinya, serta menertibkan pengguna kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima, tentu pemerintah berani menjamin beberapa sektor pembangunan akan meningkat. Hal ini bisa dilihat dari arti dan manfaatnya. Pertama, pedestrian menambah keindahan, keasrian, dan kesejukan kota. Keindahan kota menjadi terpadu dengan alam, lebih terasa manusiawi, dan tidak hanya sekadar menjadi lintasan lalu-lalangnya kendaraan bermotor.
Kedua, selain menambah keindahan, pedestrian memaknai keberpihakan pemerintah kepada seluruh masyarakat baik yang mempunyai kendaraan maupun yang tidak, Pemerintah telah banyak memfasilitasi pengguna kendaraan bermotor, dan saatnya pemerintah juga memfasilitasi pejalan kaki. Dengan begitu, masyarakat memiliki kesempatan yang sama, kenyamanan yang sama dan terpenting adalah mengajarkan masyarakat untuk berdisiplin dan saling menghargai. Disiplin, toleransi dan tenggang rasa ditingkatkan.
Ketiga, selain masyarakat terasa nyaman saat berjalan, pedestrian yang nyaman juga membuat masyarakat saling berinteraksi secara baik. Hubungan kekerabatan yang kini jarang ditemui, akan berlangsung di pedestrian. Tentunya, secara sosial kemasyarakatan akan berdampak positif bagi pembangunan kota.
Bangun Ekonomi dan Pariwisata
Keempat, semakin banyak interaksi warga atau lalu-lalang pejalan kaki, semakin banyak pula frekuensi kunjungan dan transaksi yang terjadi di pusat pertokoan. Masyarakat juga akan meningkatkan daya belinya. Apalagi jika pasar tradisional yang menjadi tujuan belanja kebutuhan pokok masyarakat menengah ke bawah dibangun dan dikelola dengan professional dan modern. Dampak lebih jauh, pastinya mengubah perekonomian bangsa menjadi lebih maju.
Kelima, jika daya beli masyarakat tinggi di pasar tradisional yang ditata secara professional dan modern, akan menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Para wisatawan itu akan menilai keindahan dan keamanan, sehingga mau datang melihat pasar tradisional secara langsung.
Keenam, adanya daya tarik wisatawan domestik hingga luar negeri, di sisi lain hal itu memicu semangat jiwa kewirausahaan bagi pelaku ekonomi usaha kecil seperti usaha rumahan dan kelompok-kelompok koperasi. Belum lagi sumber ekonomi kita dibangun dari tanah subur dan laut makmur yang begitu luas. Para petani padi, sayur-sayuran dan nelayan tentu akan lebih semangat bekerja. Maka, terbukalah lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan kesejahteraan terlihat semakin meningkat.
Solusi Masalah
Selain meningkatkan ekonomi, pariwisata, lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat, pedestrian yang baik mampu menjadi solusi masalah yang selama ini terjadi di kota. Di bawah trotoar, bisa dibangun saluran berbagai fasilitas. Contohnya, seperti saluran listrik atau telepon. Selama ini, tiang sambungan kabel-kabel listrik dan telepon terlihat buruk dan rumit, sehingga sering terjadi konsleting. Banyak kasus kebakaran akibat konsleting listrik yang semeraut.
Di bawah trotoar juga bisa dibangun saluran drainase. Hal ini tentu berfungsi sebagai penangkal banjir. Di Jakarta dan kota-kota besar langganan banjir, harus labih fokus membangun drainase, sehingga air dapat di tampung dan mengalir lebih jauh ke dalam tanah. Dengan mengintegrasikan fungsi saluran drainase dan trotoar, akhirnya mampu mengurangi potensi banjir yang selama ini menjadi trauma masyarakat.
Perlu diingat, saluran drainase penampung air hujan perlu dijaga dan dipelihara kegunaannya. Jangan sampai masyarakat tetap membuang sampah sembarangan. Hal ini akan sama kejadiannya seperti yang terjadi selama ini. Masyarakat dalam hal ini diingatkan kedisiplinannya untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Di bawah trotoar pula dapat dibangun saluran air minum sehat. Beberapa kota di Singapura, telah dibangun saluran air minum untuk kebutuhan warganya. Warga Singapura dengan senang hati bisa memperoleh air sehat langsung minum yang dibangun di sudut-sudut kota. Pemerintah Singapura sangat peduli dengan kesehatan masyarakatnya.
Mengingat hal mengenai kesehatan, ini adalah manfaat terakhir dari pedestrian. Di Jakarta sendiri sudah tidak ada ruang udara bersih dan sehat, karena volume kendaraan sudah di atas normal sebuah kota. Jikapedestrian ditata indah dan nyaman dengan pohon-pohon penambah kesejukan, setidaknya dapat mengurangi polusi kendaraan yang selalu menghantui kesehatan masyarakat. Hal itu dikarenakan, masyarakat akan lebih menyukai berjalan kaki karena secara tidak langsung sambil berolahraga.
*Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Ibnu Chaldun, Jakarta. Penulis Buku “Tinggalkan Akal Pakai Hati”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H