Lihat ke Halaman Asli

Debby Pratama

Mahasiswa

Hari 1 Ramadan

Diperbarui: 12 Maret 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Haaiii semesta, perkenalkan aku ramadhan dan sekarang aku ingin bercerita kepada kalian tentang keseharianku selama dibulan suci ini.
Ternyata menjadi perantau itu tidak selalu selamanya enak yaa, kadang ada suka, kadang ada duka, apalagi hidup di negeri orang sebatangkara hanya bermodal tekad doa dan kiriman orang tua yang setiap bulannya tak pernah pasti, tapi aku bersyukur karna sampai sekarang aku masih dipertemukan dengan bulan yang agung ini meski harus menerimakan kenyataan kalo kita harus sahur dan berbuka pertama tanpa ada orang tua dan keluarga yang mengitari.

Dalam sejarah hidupku, ini adalah kali ke dua aku berpuasa dinegeri orang dengan setiap harinya kita harus dibuat bingung sama "mau berbuka dan sahur dimana dengan apa?" pertanyaan tersebut sering memenuhi pikiranku pada bulan suci ini. Tapi bagiku itu adalah tantangan dan rintangan hidup yang harus dinikmati dan kita jalani dengan sepenuh hati, karena akan ada pesan kehidupan yang tersirat pada setiap peristiwa yang di jalani.

Bulan puasa tahun ini aku mengawali shalat terawih pertamaku di mesjid dekat kampus dan merupakan masjid yang ada di pusat kota, namanya masjid Darul Amal. Setelah selesai shalat isya berjama'ah kemudian kami melanjutkan dengan melaksanakan shalat terawih berjama'ah. Di masjid ini biasa melaksanakan terawih dengan delapan rakaat dan witir tiga rakaat. Sebelum memasuki shalat witir akan ada tausyiah ramadhan terlebih dahulu jika sudah selesai baru dilanjutkan dengan shalat terawih, biasanya saat mendengarkan ceramah jama'aah beberapa ada yang beranjak pergi dari tempat duduknya dan tidak mengikuti shalat witir berjama'ah di masjid ini.

Ada hal yang menarik perhatiaanku saat melaksanakan shalat witir, setelah bangkit dari sujud rakaat kedua ada seorang bapak yang kemudian terjatuh kebelakang secara spontan bak orang yang hilang kesadaran secara tiba-tiba. Ini sangat menarik perhatian kami ketika melaksanakan shalat karena bapak tersebut berada pada posisi didepanku. Kemudian sontak beberapa jamaah ikut membantu hingga bapak yang persis di sampingku menyempatkan waktunya untuk membantu membangunkan bapak tersebut dan setelah bisa duduk bapak disampingku melanjutkan kembali shalatnya dengan tambahan rakaat.

Dalam hati aku pun ingin turut membantu, tapi karna pemahaman agama yang cetek akhirnya aku  mengurungkan niatku meski semuanya seakan terliat jelas walai hanya lewat ujung mataku. Setelah bapak itu bisa di dudukan kemudian sang anak yang juga ikut shalat bersama disampingnya itu kemudian membopong bapaknya untuk keluar dari barisan jama'ah shalat.

Setelah selesai shalat kami pun berdoa bersama dan kemudian satu demi satu kemudian mulai beranjak keluar termasuk diriku. Kami pun menuruni anak tangga mesjid dan terlihat sesampainya di lantai bawah mesjid bapak yang sebelumnya jatuh masih tergeletak lemas dengan muka pucat dan didampingi sang anak, tak sengaja aku perhatikan pada tas kecil berwarna hitam aku melihata ada setumpuk obat yang di bawa.  Karna banyak orang yang kemudian menghampiri aku tak berlama-lama menyaksikan kejadian tersebut dan ku doakan semoga bapak dan anak laki-lakinya serta keluarganya deberikan kemudahan dan kesembuhan dari penyakit yang diderita.

Setelah itu aku pun bergegas pulang, meski tak punya rumah dan hanya  di tampung di sebuah kost teman kuliah ku anggap itu tetap pulang. Sesampai di kost aku mulai memikirkan bagaimana sahurku besok. Sembari berpikir itu terdengar temanku rafie masuk untuk ke kamar kecil sembari mengabarkan bahwa teman kami ada yang memesan sahur di ibu kost, tapi itu tak menjadikan aku gentar untuk tetap memikirkan dimana dan dengan apa aku sahur. Setelah menutup Handphone aku pun mulai membaca buku yang berjudul "Iluminati 2" karya dari Marrow sebagai obat tidur ku.

Tak terasa aku mulai terlelap tidur hingga sampai pada pukul 02.17 aku pun dipaksa untuk terbangun karena suara dari teman kost yang ternyata mereka tidak tidur sampai menjelang waktu sahur. Akhirnya akupun terbangun dan juga mendengar mereka berbicara sembari mendiskusikan tempat untuk membeli makanan sahur dan akhirnya aku bersama teman ku rafie pun yang berangkat untuk membeli makan sahur kami.

Sepulang membeli makan sahur aku dan teman teman lantas langsung menyantap makanan sahur yang saat itu masih ada waktu 1 jam sebelum waktu imsak tiba.

Ada pesan yang ingin aku samapaikan sebetulnya semesta, semoga keluarga kita selalu dalam keadaan sehat selalu dan dalam kondisi yang baik. Tak perlu khawatir meski kita sedang di perantauan, kita tak benar-benar sendiri akan selalu ada orang-orang baik yang menemani kita dan kita doakan semoga mereka semua selalu tuhan lindungi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline