Tahun 2018 ini, Indonesia akan mengadakan pilkada serentak di 171 daerah. Pilkada yang rencananya akan digelar pada 27 juni 2018, sekarang sudah memasuki masa-masa yang krusial dan menentukan bagi masing-masing kandidat.
Hal ini tercermin dari perang tagar yang terjadi di media sosial Twitter beberapa hari yang lalu antara petahana Ganjar Pranowo dan lawannya Sudirman Said. Perang tagar ini terjadi dengan tujuan untuk merebut hati pemilih terutama kalangan muda yang sangat aktif di media sosial.
Perang tagar #GanjarKalahPrabowoMenang dan #GanjarTakTakutPakDirman sempat menjadi trending topik di Indonesia dan menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen yang terkenal nyinyir di media sosial. Perang tagar ini juga membuat terbelahnya dua kubu yang pro Ganjar dan pro Sudirman Said. Banyak komentar bermunculan yang bernada positif dan negatif terkait pertarungan dua kandidat yang bertarung di pilkada Jawa Tengah ini
Menyikapi perang tagar yang terjadi, Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko sangat menyayangkan adanya diksi Pak Dirman yang tercantum dalam tagar tersebut yang merujuk kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman. Hal tersebut disampaikan Moeldoko ketika menghadiri acara peringatan Nuzulul Quran dan Hari Lahir Pancasila di GP Ansor. Selaku mantan prajurit, Moeldoko berharap penggunaan tagar semacam itu perlu dipertimbangkan dan ia menyarankan kepada seluruh kandidat yang sedang bersaing di pilkada, maupun tim pendukungnya, untuk tidak mengeksploitasi tokoh-tokoh nasional apalagi pahlawan sebesar Jenderal Soedirman
Seperti dikteahui, perang tagar antara kubu Ganjar Pranowo dan Sudirman Said semakin memanas ketika terseretnya nama Pak Dirman yang selama ini identik dengan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sontak kejadian ini menimbulkan kegaduhan di linimasa media sosial Twitter yang merasa tidak terima nama pahlawan besar bangsa ini diseret dalam kontestasi politik dan kepentingan sesaat oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Hal senada juga disampaikan ketua umum GP Ansor, Yaqut H.Yaqut Cholil Qoumas yang menghimbau kepada masyarakat jangan terlalu larut dalam kontestasi. Karena siapa pun yang terpilih, itulah yang terbaik untuk Jawa Tengah
Pesan yang sama juga disampaikan oleh mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Endriartono Sutarto yang mengingatkan agar semua pihak bahwa hari lahir Pancasila 1 Juni bisa jadi momentum menjaga kebhinekaan. Apalagi di tahun politik saat ini, semua orang tentu memiliki pilihan yang berbeda. Karena itu, tegas Endriartono, pengelompokan atau keberpihakan pada salah satu pasangan calon dalam Pilkada nanti jangan sampai memecah belah masyarakat.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menyebut bahwa slogan Pak Dirman digunakan oleh cagub Jateng Sudirman Said sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak popularitas nama. Penggunaan nama itu bertujuan agar namanya dikenal, disukai, dan dipilih oleh masyarakat. Kan bahasa Pak Dirman sudah populer sebagai pahlawan nasional Jenderal Soedirman
Setelah kejadian yang menghebohkan ini, kita tentu berharap hal semacam ini tidak terulang lagi. Para kandidat yang bertarung di pilkada diharapkan bisa menjaga kondusifitas supaya pilkada 2018 bisa berjalan dengan aman, damai, dan tenteram. Semua calon bisa memaparkan program kerja yang jelas selama lima tahun mendatang yang menjadi keunggulan masing-masing kandidat. Setelah itu biarkan rakyat memilih sesuai dengan hati nuraninya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H