Artikel yang saya buat ini mungkin tidak banyak orang yang mengetahui tapi memang sebenarnya ada. Kali ini saya ingin menulis mengenai “Kampung Idiot” karena ayah saya berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dan sejak saya kecil sudah diceritakan mengenai daerah tersebut yang berada jauh dari Kota Ponorogo (pelosok) namun masih berada dalam Kabupaten Ponorogo. Walaupun sampai sekarang saya belum pernah diajak kesana oleh ayah saya, namun saya pernah melihat liputan mengenai daerah tersebut melalui televisi dan membuat saya tertarik untuk menulis mengenai daerah tersebut. “Kampung Idiot” merupakan sebutan 4 desa yang berada di Kabupaten Ponorogo, Jawa timur. Istilah tersebut diberikan karena mayoritas penduduknya memang mengalami keterbelakangan mental atau banyak orang yang menyebutnya dengan “idiot” dan yang lebih menyedihkannya lagi mereka semua hidup dengan kondisi social ekonomi rendah karena masih banyak rumah yang masih belum memiliki lampu dan disana masih berlaku sistem barter . Mereka tidak dapat menjalani aktivitas seperti manusia normal dan yang lebih menyedihkannya lagi mereka semua banyak yang berusia produktif sekitar 30 sampai 40 ke atas.
Dalam tayangan tersebut disebutkan bahwa factor genetik, perkawinan sedarah, kurang gizi karena agak sulit dijangkau oleh sumber - sumber makanan dan lingkungan karena disana memiliki lahan kritis dimana tanah disana kering sehingga tidak banyak yang bisa ditanam menjadi penyebab mereka mengalami keterbelakangan mental dan yang lebih membuat saya sedih bahwa diantara mereka ada yang hanya memakan daun – daunan, tiwul yaitu sejenis makanan yang berasal dari singkong yang dikeringkan lalu dihaluskan kemudian dimasak, dan bahkan ada yang selama puluhan tahun hidup dengan dipasung.
Pemerintah tentunya tidak tinggal diam mendengar berita ini sehingga pemerintah mengambil langkah akan membangun rumah sederhana yang bisa disebut “rumah kasih sayang” dengan fasilitas makanan dan lauk pauk dengan gizi yang cukup sehingga diharapkan nantinya mereka dapat menjalani kehidupan dengan normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H