Lihat ke Halaman Asli

Desi Handayani Sagala

Gov Public Relations | Social Causes Enthusiast

Warisan Sederhana Bapak Presidenku

Diperbarui: 8 April 2017   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: BBC Indonesia

"Wajah usang, berbalut seragam putih-merah yang bahkan nyaris sulit dibedakan dengan baju tak layak pakai, menggengam secarik plastik kresek untuk menampung peralatan sekolah yang tidak memadai, sembari berucap lontarkan sebuah permintaan sederhana kepada Bapak Presidennya," 

Seperti itulah kira-kira gambaran sekelompok murid-murid SD di daerah perbatasan Kalimantan Barat yang memohon permintaan sederhana kepada pemimpin bangsanya, layaknya permintaan seorang anak kepada ayahnya, permintaan itu hanyalah seperangkat peralatan sekolah yang disampaikan kepada Bapak Presiden lewat video yang disebar oleh gurunya. 

Sekelompok murid-murid SD dalam video itu memang terlihat begitu kumuh, seragam sekolah berwarna putih-merah itu tampak berubah wujud menjadi kecoklat-coklatan, bahkan kancing-kancing seragam itu tidak beraturan satu sama lain. Dengan wajah yang begitu polosnya, terlihat plastik kresek tergenggam erat di tangan murid-murid SD perbatasan itu, tetapi bukan makanan ternyata, melainkan tas yang biasa mereka gunakan sehari-hari untuk bersekolah. 

Ditambah lagi dengan kondisi bangunan sekolah mereka yang nyaris tidak layak huni itu, semakin menelanjangi kenyataan keras yang harus dihadapi anak-anak seusia mereka. Tetapi dengan situasi yang tidak layak itu, hanya permintaan sederhana yang keluar dari mulut mereka, permintaan yang penuh harap kepada Presiden-nya sendiri. Permintaan sesederhana itu yang justru memperlihatkan kepada kita keinginan besar mereka untuk tetap bersekolah sekalipun dengan kondisi yang tidak layak. 

Video yang diunggah itu ternyata tidak memakan waktu lama untuk mengundang berbagai reaksi publik. Media massa khususnya media online dengan cepat menampung aspirasi pengguna media sosial, dan sontak video murid-murid SD itu menjadi perbincangan ramai netizen. 

Dan akhirnya berita itu pun dengan begitu cepat sampai kepada Presiden Joko Widodo. Melalui jajaran istana presiden, permintaan murid-murid SD perbatasan itu pun mendapat perhatian, dan tanpa menanti berkepanjangan, Presiden mengerahkan jajaran staf-nya untuk langsung mendatangi lokasi SD perbatasan untuk mengunjungi secara langsung sekelompok murid-murid dalam video itu. Dengan membawa berbagai peralatan sekolah, akhirnya si murid-murid SD perbatasan itu mendapat hadiah permintaannya langsung dari Bapak Presiden. Hanya dengan hitungan hari, mereka bisa mendapat peralatan sekolah yang mungkin tak pernah terbayangkan akan dihadiahkan dari orang nomor satu negeri ini. 

Tanpa harus melibatkan alur birokrasi, Bapak Presiden langsung merespon permintaan sederhana murid-murid SD perbatasan itu, hanya dalam hitungan minggu. 

Salut Mr. President, mungkin itu pujian yang tepat buat kepekaan yang Bapak lakukan. Sederhana tapi akan sangat begitu berharga bagi murid-murid SD perbatasan itu, dan tindakan nyata itu akan menjadi warisan bagi kami, khususnya generasi muda Indonesia. 

Terimakasih karena sudah mengajarkan kami cara sederhana memanusiakan manusia, memperlakukan mereka yang hidup dalam keterbatasan dengan kepekaan, dan berusaha mencarikan keadilan bagi mereka yang seharusnya mendapat keadilan. 

Di samping begitu besarnya rasa pesimistis kami, kaum generasi muda bangsa ini, terhadap pejabat negara/publik yang cenderung hidup hanya untuk kepentingan pribadi dan partainya, setidaknya kami bisa sedikit berharap bahwa ternyata masih ada tokoh publik yang bisa menjadi sumber motivasi kami untuk mengikis rasa pesimis itu. 

Setidaknya itulah yang menjadi warisan bagi kami, warisan yang membangun karakter kami, sekaligus memperlihatkan kepada kami bahwa  ketidakmerataan akses pendidikan di negeri ini masih menjadi tugas besar negara yang belum tertuntaskan meskipun 72 tahun bangsa ini berstatus sebagai negara merdeka. Pendidikan yang berkualitas ternyata masih cenderung berpihak kepada mereka yang bisa membelinya. Dan ketimpangan itulah yang menjadi PR (baca:pekerjaan rumah) yang tidak bisa terselesaikan dengan tataran konsep program pendidikan, mereka yang terpinggirkan tidak butuh program keren, yang mereka butuhkan hanya kepekaan dan kepedulian pemimpinnya untuk mengatasi ketidakadilan dan ketidakmerataan sosial, sekalipun itu dalam bentuk tindakan kecil tapi berdampak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline