Lihat ke Halaman Asli

Menyeriusi Kebodohan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

MENYERIUSI KEBODOHAN

Terkadang sebuah kebodohan dapat menjadi sebuah prilaku yang berkesan bagi orang yang melakukannya. Sebuah anekdot berujung gelak tawa kerap menjadi hal yang diinginkannya. Namun tak sedikit pula berakhir tragis dan air mata menjadi bagian penutupnya. Itulah sebuah kebodohan. Kebodohan yang dilakukan oleh penalaran yang menjunjung tinggi rasionalitas dan kecerdasan, dilakukan dengan berkorban materi dan batiniah. Tak peduli siapapun yang berada di hadapannya dia libas dengan menghajar konsekwensi serta resiko yang terjadi. Memang hal ini terlihat konyol dan sangat tidak relevan dengan realitas kehidupan tetapi tidak sedikit pula kebodohan ini dapat mendatangkan manfaat yang sangat kompleks.

Kebodohan dibentuk dari kata dasar “bodoh” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti otak lemah, tidak mampu menangkap keterangan, tidak memiliki pengetahuan dan cenderung terserah. Ketika diberi imbuhan ke-an, menjadi ameliorasi bermakna sifat tidak mau mengetahui urusan orang lain. Sudah jelas bahwa makna kebodohan adalah berkonotasi negatif dan sangat tidak irasional. Terbesit dalam pemikiran saya, bisakah kebodohan ini ditransisikan menjadi hal yang tidak absurd lagi. Bisakah kebodohan inidijadikan hal yang bermakna positif. Bisakah bodoh mengalahkan cerdas tanpa merubah redaksi katanya?Jawabannya tentu saja bisa.

Cerdas, pintar, malas, bodoh adalah satu garis lurus dari sebuah prilaku geneologis manusia yang didapat dari dia lahir. Lambat laun karena pengaruh interaksi lingkungan yang kuat, muncul persepsi bahwa hal tersebut sangat menjadi faktor penentu rendahnya kualitas hidup seseorang. Apakah bawaan dari dia lahir ataukah faktor eksternal dalam dirinya?Tentu saja kolaborasi keduanya melahirkan manusia baru. CERDAS ATAU BODOH ?

Gunakanlah setiap akan melakukan hal-hal bodoh dengan mengedepankan aspek edukasi. Sadari dari awal bahwa diri kita adalah sebuah kebodohan sistemik hasil karya manusia yang direkayasa sedemikian rupa untuk menjadi cerdas. Setelah itu pertimbangkan apa yang dilakukan dengan sisi pengetahuan dan teori yang sudah diuji oleh diri sendiri maupun orang lain. Lakukan secepat mungkin, seriusi, nikmati dan resapi.

Manusia itu bodoh, bodoh itu tidak tahu, dan kita wajib menyeriusi kebodohan agar menjadi cerdas. Hidup kebodohan !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline