Lihat ke Halaman Asli

Sosok Motivator IDKITA Kompasiana yang “Aneh”

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13668215421232884683

[caption id="attachment_239903" align="aligncenter" width="462" caption="Sumber gambar: seronokpunya.blogspot.com"][/caption]

Saya hanya bisa terkagum-kagum sekaligus was-was melihat agresifnya seorang motivator dan pendiri IDKITA Kompasiana melakukan banyak hal jelang setahunnya IDKITA Kompasiana. Bahkan sudah dia tunjukan dan wujudukan selama IDKITA kompasiana berdiri. Terkadang terkesan “sulit” untuk dipahami, bagaimana “dia” mempersiapkannya dengan percaya diri namun dengan perhitungan yang matang.

Seorang pemimpi yang lebih ingin bermain di belakang layar, tidak suka popularitas dan lebih suka melihat orang lain maju, tidak pernah lelah memotivasi orang disekelilingnya.

Banyak hal dari pribadinya yang bagi saya “aneh”. Dia dikenal“keras” dalam memimpin, mendidik dan mempersiapkan beberapa penggerak inti, apalagi bagi beberapa pengurus inti yang rata-rata sibuk untuk mem-backup dirinya. Mungkin karena sifat “keras” inilah, ada juga sukarelawan yang enggan dan malah mundur teratur.Ya, namanya manusia, ada positif dan negatifnya. Namun dibalik semua itu, bila saya memegang neraca untuk menimbangnya, boleh dikatakan dia memiliki sisi positif yang sangat menakjubkan untuk mengimbangi berbagai kelemahannya.

Tidak berlebihan kalau saya mengatakan dia adalah sosok yang “langka”. Bahkan dikalangan teman-temannya, di luar komunitas Kompasiana, ada juga yang menganggap demikian. Terlalu gigih sampai lupa diri, minimal untuk mengurus dirinya sendiri, apalagi di saat tanpa seorang pendamping di sisinya.

Pergaulan dan jaringannya terlalu luas, tanpa pernah mau membuka keberadaannya itu. Sehingga kamipun baru mengetahui setelah mengenalnya beberapa waktu lamanya.Memegahkan diri bukanlah sifat sejatinya. Dia lebih senang bila dianggap seorang yang “koplak”, yang biasa-biasa saja, bahkan rela dihujat dan dianggap remeh oleh orang lain.

Baginya, semuanya itu tidak penting. Yang teramat penting adalah kerja keras, kemauan, kesetiaan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Dengan tujuan utama agar berguna bagi banyak orang. Jadi sudah bisa dipastikan, dia sangat tidak senang dengan tujuan-tujuan pribadi yang memanfaatkan keadaan untuk diri mereka sendiri.

Oleh sebab itu “seleksi alam” pun berlaku, walau pada akhirnya dia tidak disukai bahkan dibenci dan dicibir oleh banyak orang, dengan sangat terpaksa dia harus merampingkan komunitas dan hanya menggunakan orang-orang yang menurutnya memiliki dedikasi dan mau berkorban untuk orang banyak.

Kalau berbicara soal ide, dikepalanya berisi berbagai hal, tidak pernah “mati”, selalu optimis walau berbagai kendala jelas-jelas menghadangnya, baik secara internal maupun kondisi eksternal lainnya. Pantang mendengar kata “tidak sanggup” atau “menyerah”. Sehingga, kadang dia harus bekerja secara single fighter dalam mewujudkan ide dan harapannya ituuntuk komunitasnya.

Kadang ketika tidak satupun yang mau dan mampu membackupnya, dia selalu tenang, berusaha menghidangkan semuanya sebagai sesuatu yang “siap”untuk disaji. Biasanya, dia hanya bertanya, “mau teruskan, atau hentikan?” Kalaupun dari kami was-was dan merasa tidak mampu, dia masih tetap melanjutkanya sendiri.Untuk apa semua itu? Untuk nama besar dirinya? Mencari popularitas? Hmm tidak! Sejauh saya mengenalnya, dia melakukannya untuk banyak orang, termasuk ada diantara kami-kami ini yang kecipratan hal-hal berguna dari apa yang sudah dia lakukan. Lagi-lagi dia tidak membutuhkan sedikitpun pujian dan terima kasih.

Satu hal dalam dia memotivasi dan mendorong orang yang dikasihinya tetap semangat, saya melihat sosok ini selalu bersembunyi dan tidak mau menampakan diri. Dia hanya bisa tersenyum dan gembira serta bersyukur bila berbuah baik dan dapat membantu.

Sering terlihat gurat "kelelahan" di wajahnya, atau paling tidak dalam bahasa kiasannya yang mesti berhati-hati dalam mengartikanya. Tetapi lagi-lagi dia pantang mundur untuk membuat semua yang dikasihinya berbahagia. Saya kadang kasihan dan bertanya, dengan kemandiriannya tanpa pendamping disampingnya, mampukah dia melakukan semua itu? Bahkan keluarganya pun rela dia korbankan, hanya untuk sebuah "kemanusiaan".  Berbahagialah orang yang mendapat perhatian dan motivasi darinya.

Dan dia hanya membutuhkan "DOA". "Ilan, doain ya!..Capek nih. .. Moga semua lancar". Begitu selalu yang dia minta, selain bantuan lain yang semampunya saya berikan untuknya dalam mengkoordinasi kegiatan dan sukarelawan.

Singkat cerita, sosok yang misterius ini, terus membuat saya penasaran. Namun saya menikmati banyak pelajaran penting darinya.

Kini jelang ulang tahun IDKITA Kompasiana, dia telah mempersiapkan serangkaian kegiatan untuk melakukan road show di beberapa kota, yang sebelumnya pernah saya sebutkan. Bahkan selain Papua, kini di depan mata, kegiatan yang direncanakannya juga telah diterima dengan baik oleh Pemerintah Provinsi Maluku, provinsi 1000 pulau itu. Saya belum tahu jelasnya untuk hal ini, karena menjangkau wilayah kepulauan bukan hal mudah, tetapi lagi-lagi kalau ditanya, dia hanya “cengengesan” saja, “Berdoa saja, biar Tuhan yang berkehendak!” begitu katanya.

Untuk bulan Mei nanti, terhitung tanggal 23 hingga 26, kami akan melakukan road show. IDKITA Goes to Campus (STIE YKPN, Atmajaya Yogyakata, Universitas Gadjah Mada), 4 Komunitas di Gunung Kidul, sekaligus audiensi dengan Kanjeng Ratu Hemas, dengan menggandeng Kementrian Komunikasi dan Informatika, Nawala dan Relawan TIK serta beberapa pihak yang memiliki visi dan misi yang sama.

Bahkan di Universitas Gadjah Mada, sang pemimpi ini sudah berkoordinasi dengan beberapa profesor ahli hukum pidana dan tata negara, untuk melakukan diskusi panel untuk memajukan gerakan internet sehat dan aman, khususnya dalam membahas UU ITE dan peraturan-peraturan pelaksana dibawahnya. Anda tertarik? Bagi Kompasianer wilayah Jawa tengah dan Yogyakarta, boleh mendaftarkan diri dan tidak tertutup kemungkinan untuk kompasianer lain dari wilayah lain.

Menurutnya, ini janji pertemuan Solo kemarin yang harus direalisasikan. Saya hanya bisa geleng-gelengkan kepala, karena bagi saya, kegiatan besar seperti itu terlalu cepat “dia” persiapkan dalam waktu yang sangat cepat. Tidak ada yang tidak mungkin baginya. Hal ini kadang membuat saya harus berlari kencang untuk mengimbanginya.

Entah ilmu apa yang dia miliki. Yang saya tahu orangnya tertutup, rendah hati dan tidak suka menonjol. Jadi, dengan apa yang dirintisnya, mau tidak mau, saya dan kawan-kawan terpanggil untuk terlibat di dalamnya. Semua kembali ke diri kita masing-masing.

Terima kasih, sang pemimpi. Teruslah bermimpi dengan cara dan gayamu. Semoga apa yang dicita-citakan untuk berguna bagi orang lain, dapat terus terwujud melalui komunitas IDKITA Kompasiana.

Semoga Tuhan memberkatimu selalu

Salam Ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline