Lihat ke Halaman Asli

Bersama Alam Mereka Belajar Dan Mengajar

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391351795197375279

[caption id="attachment_293497" align="aligncenter" width="560" caption="Boarding School Mbangun Desa (Foto Koleksi IDKita)"][/caption]

Pagi itu matahari mengintip malu-malu. Udara Baturraden  tidak sedingin biasanya. Sepertinya mendung menjadikan hawa sedikit panas. Jalanan di Desa Ketenger masih sepi seperti biasanya, namun tidak dengan suasana di sebuah balai desa. Berlokasi tepat di sebelah kompleks bangunan Sekolah Tinggi Teologi “SOTERIA”, balai desa yang disulap menjadi semacam padepokan ini terlihat ramai.

Di tengah bangunan yang dikelilingi “kamar-kamar asrama” ini, puluhan remaja tanggung terlihat serius menyimak komandan IDkita, Mas Valentino, yang tengah memaparkan bagaimana kekuatan menulis bisa berdampak positif bagi banyak orang, dan bagaimana sebuah tulisan bisa mewujudkan sebuah mimpi, tentunya di jaman sekarang ini dengan memanfaatkan teknologi informatika.

Para remaja ini adalah generasi-generasi yang memiliki impian membangun desanya. Dengan motto “Hidup untuk belajar, belajar untuk kehidupan yang lebih baik”, mereka bergabung untuk belajar bersama dan mengajar bersama di PLKM Boarding School “Mbangun Desa”.  Di sini mereka tidak hanya belajar mengenai mata pelajaran akademis,mereka juga belajar mengenai hidup dan kehidupan. Dari bertani, berternak hingga memproduksi barang dan memasarkannya. Semua mereka pelajari dan dipraktekkan langsung di lapangan.

Seperti yang mas Valen sampaikan, menulis hal-hal positif dapat mewujudkan impian yang positif, para remaja ini diajak untuk memanfaatkan kekuatan tulisan di media online sebagai salah satu sarana memperkenalkan keunggulan sekolah, daerah  dan budaya di mana mereka berada, dengan harapan bahwa impian mereka membangun desanya selangkah lebih untuk mewujud.

Dalam kesehariannya, remaja yang lebih senior menjadi “guru” bagi adik-adiknya. Jadi, bagi remaja yang berusia SMA memiliki tugas sebagai “guru” mata pelajaran bagi adik-adiknya di SMP. Bahkan remaja usia SMA ini, saat ini bersama-sama sedang “membangun” MTS. Para senior ini dituntut menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab bagi juniornya.  Meski demikian, mereka tetaplah remaja seperti umumnya, tetap ingin eksis bahkan di media sosial. Di sinilah tim IDkita mengajak berdialog dan berbagi pengalaman agar mereka tergugah menjadikan remaja yang mampu memanfaatkan nilai positif media sosial.

Dialog dan sosialisasi pemanfaatan TIK yang dilaksanakan pada Hari Kamis, 30 Januari 2014 ini, selain dihadiri oleh para siswa LPM Boarding School “Mbangun Deso”, juga dihadiri oleh “tetangga” mereka dari SMTK (Junior dari STT) “SOTERIA” Purwokerto. Para siswa di SMTK ini terdiri dari remaja-remaja dari berbagai daerah di Indonesia. Kebersamaan para siswa remaja dari dua “sekolah “ berbeda yang berada di tengah alam pedesaan yang  tenang ini ternyata benar-benar merupakan potret kebersamaan dalam perbedaan yang  nyata. Karena selain hari itu, kesehariannya pun mereka hidup bersama berdampingan, selalu belajar bersama dan saling tolong menolong tanpa memandang segala bentuk identitas diri yang melekat.

[caption id="attachment_293498" align="aligncenter" width="560" caption=":-D (Foto Koleksi IDKita)"]

13913518911968854663

[/caption]

Meski berada di tengah alam dan tanpa bangunan sekolah layaknya sekolahan yang umum, pendidikan akademis yang ditempuh para remaja ini tetap mengikuti standar kurikulum yang berlaku, hanya saja cara belajar mereka agak berbeda. Untuk beberapa pelajaran akademis, mereka biasanya mengikuti kelas bersama para siswa SMTK SOTERIA. Selebihnya kakak-kakak senior mereka yang bertindak sebagai “guru”. Untuk ujian akhir, mereka mengambil ujian kesetaraan Kejar Paket C.

Kebetulan pula pada saat kami di sana ada seorang remaja putri dari Swis yang tinggal di sana, sedang melakukan penelitian, Lea Berger. Sudah 3 minggu Lea berbaur bersama dan menjadi “guru” Bahasa Inggris bagi para remaja tersebut, dan menjadi “murid” Bahasa Indonesia mereka.

Selain belajar dan mengajar, para remaja ini juga bertani dan berternak. Mereka memiliki laboratorium alam tempat mereka belajar tentang bagaimana bercocok tanam yang baik. Tentunya ini sesuai dengan visi Boarding School “Mbangun Desa” ini, yaitu “Belajar dengan senang,membuat orang tua senang dan kembali ke desa membuat masyarakat senang.” (sumber: www.sekolahkader.blogspot.com).

[caption id="attachment_293500" align="aligncenter" width="560" caption="Menyimak (Foto Koleksi IDKIta)"]

1391352017138640714

[/caption]

[caption id="attachment_293501" align="aligncenter" width="560" caption="Mbak Lea juga serius menyimak lho (Foto Koleksi IDKita)"]

13913520621120018170

[/caption]

Pada kesempatan tersebut, tim IDkita  tidak lupa mengenalkan Kompasiana pada mereka. Selain belajar menulis dan memanfaatkan internet, mereka juga diajarkan etika berinteraksi yang baik di dunia maya.

Kunjungan mengesankan ke Desa Ketenger di Baturraden ini sekaligus menjadi penutup rangkaian Road show pemanfaatan TIK di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta di bulan Januari 2014. Kegiatan ini adalah kerjasama antara IDkita dengan KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) dan PT. Indosat.

Sampai jumpa di Road Show berikutnya… ;-)

Tulisan terkait:

Boarding School “Mbangun Desa”: Sekolah Kader Pembangunan Desa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline