Lihat ke Halaman Asli

Ditantang: Kesungguhan Hati Lala (ECR#79)

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12961978401617819839

Pagi ini kesibukan warga Rangkat tidak seperti biasanya. Setelah beberapa minggu tenggelam dalam kesibukan mempersiapkan hajatan besar untuk Uleng dan Paman Petani, kali ini banyak warga yang sepertinya bermalas-malasan saja. Mereka hanya duduk-duduk di teras rumah masing-masing. Mungkin sembari menikmati indahnya pagi yang hangat. Mommy yang sedang pergi keluar kota, mungkin menyusul Pak Kades yang sedang dinas di luar pulau, sudah menitipkan kedua putrinya, Uleng dan Jingga ke adik angkatnya, Deasy si jutek. Mommy memang sedikit khawatir dengan mereka berdua. Bagaimana tidak, walaupun Uleng sudah dilamar oleh Paman Petani, masih saja banyak pemuda Rangkat yang curi-curi perhatian Uleng. Apalagi abang mereka, si Andee, juga tidak bisa melindungi mereka berdua. Dia sudah kembali lagi ke “dunia”nya jauh diseberang lautan.

Deasy, walaupun jutek, amat sangat sayang pada kedua keponakannya itu. Seperti pagi itu, dia sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk Jingga dan Uleng. Ada rendang jengkol, bakwan jengkol, urap jengkol mentah dan tidak lupa, jus jengkol kesukaan Uleng.

Karena hari itu Deasy ada janji dengan Jeng Pemi, maka dengan tergesa-gesadia membersihkan dan merapikan rumah Mommy. Setelah bebenah diri, dia mencari Jingga.

“Jingga, tante pergi dulu ya. Jangan lupa ajak Uleng sarapan. Sarapan sudah siap!”

“Eits… pagi-pagi tante mau kemana?” Tanya Jingga heran.

“Ada janji dengan Jeng Pemi. Penting.” Deasy menjawab sambil berlalu.

Sambil celingak-celinguk mencari Indri yang berjanji menemaninya ke rumah Jeng Pemi, Deasy menutup pintu pagar halaman. Tiba-tiba deruman sepeda motor mengagetkan Deasy. Dipalingkan wajahnya. Ternyata Lala dengan sepeda motornya sudah ada disampingnya.

“Berisik banget sih La. Pagi-pagi sudah bikin banyak polusi. Polusi udara, polusi suara, polusi hati. Huh!” dengan juteknya Deasy menghardik Lala.

Yang diprotes hanya senyam-senyum sambil memainkan kacamata hitamnya.

“Maaf.. maaf.. sengaja sih. Biar bisa ngobrol sama kamu.” Dengan suara diberat-beratkan Lala menjawab.

“Siapa juga yang mau ngobrol sama kamu. Aku ada keperluan.” Biasa, karena memang sudah sifatnya, si jutekpun berlalu begitu saja.

Lala mengejarnya sambil mendorong sepeda motornya.

“Eeehh.. tunggu dulu, mau kemana sih kok buru-buru gitu? Aku antar deeeeeh.. ya.. ya.. mau ya? Pake motor nih… bisa cepet sampai khan.”Kali ini sikap Lala berubah, seperti anak kecil yang memohon untuk main bersama. Tampang jaimnya hilang.

“Memangnya aku gak bisa jalan cepat apa?” Tukas Deasy sambil terus berjalan.

Akhirnya, bisa ditebak kejadian selanjutnya. Sepanjang jalan Deasy hanya menggerutu disamping Lala yang nyengir-nyengir sambil mendorong sepeda motornya. Sedangkan Indri yang belum nongol juga, entah dimana dia, ditinggal Deasy begitu saja.

Sampai ditempat Jeng Pemi, Deasy langsung masuk kedalam, sedangkan Lala hanya duduk diteras rumah Jeng Pemi, kecapekan karena mendorong sepeda motornya.

“Deas, kasian amat sih si Lala, kamu cuekin gitu.” Pemi melihat keluar, kearah Lala yang menggos-menggos dan berkeringat.

“Siapa juga yang minta. Aku nggak perlu diantar juga bisa sampai sini.” Deasy menjawab dengan ringan.

“Ih… kamu tuh ya.. gak punya perasaan. Buka hati dong. Dikiiit aja. Liat gimana usahanya si Lala.” Pemi sedikit kesal menghadapi sikapnya Deasy.

“Emang Lala usaha apaan sih?” Deasy balik bertanya dengan wajah polos.

“Nah loh … bukanya dia naksir kamu?”

“Hah?? Masa iya? Gak mungkin lah. Dia khan playboy“

“Emmmm… kata Mas Arif lho. Dia waktu itu pernah dicurhati Lala (eps. Tertusuk Duri cinta si Tante)  tentang kamu. Dia serius walau kamu jutek. Makanya, jadi orang ramah dikit kek”

Deasy hanya terdiam. Pikirannya melayang kepada seseorang yang entah dimana saat ini. Kerinduannya tiba-tiba menyeruak, hatinya memanggil-manggil sosok itu. Angin Barat (eps. AADJ) , dimanakah dirinya? Adakah perasaan rindu sama-sama menyelimuti hati? Sepertinya hati Deasy sudah terlalu lelah menanti kabar dari sang Angin.

Sambil menghela nafas, Deasy memandang Lala dari dalam. Wajah lelahnya menyiratkan perjuangan kerasnya pagi itu. Adasetitik iba dihatinya. Namun masih banyak pertanyaan di hati Deasy, Bukankah Lala memang selalu menebar pesona pada setiap gadis desa?

“Aku butuh pembuktian yang lebih jelas dari sekedar curhat.” Deasy menatap mata Pemi

[caption id="attachment_87464" align="aligncenter" width="240" caption="Cinta itu semanis pisang? (sumber gambar: kopralbowo.multyply.jpg)"][/caption]

***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline