Lihat ke Halaman Asli

Deassy M Destiani

Mahasiswa Magister Psikologi, Pendidik, Ibu Rumah Tangga, Pebisnis Rumahan

Kisah Anak Berprestasi yang Bunuh Orang Tuanya Sendiri

Diperbarui: 7 Desember 2024   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Banner Film What Jennifer Did (Sumber https://m.imdb.com/title/tt31747163/mediaviewer/rm4287003393/?ref_=ext_shr_lnk)

By : Deassy M Destiani

Beberapa waktu lalu, ada sebuah kejadian yang menyita perhatian tentang seorang anak laki-laki berprestasi usia 14 tahun yang menghabisi seluruh anggota keluarganya. Beruntung sang ibu selamat. Ayah dan nenek dari anak tersebut harus meregang nyawa dengan luka tusukan pisau yang mematikan.

Kasus ini masih ditangani pihak berwenang dan masih menyisakan tanda tanya tentang motif anak tersebut sampai hati melakukan hal keji pada orang tua kandungnya sendiri. Pelaku mengakui bahwa dia mendengar bisikan untuk melakukan hal itu. Polisi masih perlu waktu untuk memastikan penyebab peristiwa  tragis ini dari berbagai sudut pandang. Pelaku adalah anak yang masih di bawah umur sehingga perlu berhati-hati untuk menentukan langkah selanjutnya. 

Mengamati kasus yang sedang trending, saya jadi teringat sebuah kisah di tahun 2010. Bahkan kisah nyata ini telah diangkat menjadi film di Netflix tahun 2024 ini dengan judul "What Jennifer Did."

Film ini berkisah tentang kasus Jennifer Pan, seorang gadis yang dianggap sempurna namun ternyata menyimpan gangguan emosi berat dalam dirinya. Tragedi memilukan ini membuat kita diajak menyelami ke dalam arti penting pengasuhan anak antara harapan dan kenyataan.

Jennifer Pan adalah seorang anak dari pengungsi Vietnam yang menetap di Kanada. Orangtuanya berprofesi sebagai buruh, mereka menaruh harapan besar pada Jennifer untuk mengejar prestasi akademik agar nantinya bisa membawa perubahan pada kesejahteraan keluarganya.  Mereka percaya bahwa pendidikan adalah kunci kesuksesan. Untuk meraih itu,  kedua orang tuanya menerapkan disiplin yang ketat dalam mendidik Jennifer dan adiknya, Felix.

Tidak hanya urusan akademik, Jennifer juga diberikan kursus non akademik  untuk menunjang bakatnya seperti les piano, ice skating, bela diri dan juga berenang. Semua kegiatan itu dilakukan dengan penuh kedisiplinan dan menghasilkan banyak prestasi yang membanggakan kedua orangtuanya. Guru les piano Jennifer pun memberikan kesaksian bahwa Jennifer adalah murid terbaiknya yang sering meraih kejuaraan piano.

Begitu pula dengan prestasi akademiknya, ia dikenal tekun dan sering belajar hingga larut malam untuk mendapatkan nilai terbaik.  Tekanan dan harapan orang tuanya untuk menjadikan dirinya anak sukses membuatnya sering merasa cemas dan ragu. 

Namun saat dia sedang mengalami kecemasan, datanglah sosok pria di masa pubernya itu. Pria itu bernama Daniel Wong. Daniel adalah orang yang selalu ada untuknya setiap kali dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang tak dia dapatkan dari kedua orang tuanya.

Sejak mengenal cinta, lambat laun prestasi belajarnya menurun. Apalagi Daniel ini adalah anak bermasalah karena sering memperjualbelikan narkoba. Ketika hal ini diketahui orangtuanya, Jennifer dimarahi habis-habisan dan disuruh memilih untuk putus dari Daniel atau pergi dari rumah orang tuanya. Tentunya dengan berat hati Jennifer memilih untuk putus dengan Daniel meski dia sangat kecewa dengan sikap orang tuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline