Tahun ajaran baru telah dimulai. Untuk anak usia dini yang baru masuk sekolah tentunya ini adalah pengalaman baru yang mungkin saja seru, lucu tetapi ada pula yang mungkin malah menyeramkan. Beberapa waktu lalu, seorang wali murid datang ke paud yang saya asuh. Beliau bercerita anaknya pindah dari sekolah sebelumnya di Kelompok Bermain dengan alasan sekolahnya tidak ramah anak. Menurut beliau anaknya bosan diajarkan hapalan yang itu-itu lagi setiap hari. Anaknya juga diajarkan baca tulis dan berhitung padahal umurnya baru 3 tahun. Anak dipaksa untuk siap calistung sebelum masuk TK, karena itu menjadi target dari sekolahnya. Anak harus sudah bisa membaca dan menulis sebelum masuk TK.
Saya prihatin dengan kisah wali murid tersebut. Anaknya menjadi trauma sekolah. Akhirnya dia minta sekolah di Paud yang saya asuh, paud yang hanya masuk seminggu 3x dan lama belajar 1,5 jam saja. Saya malah mempersilahkan Ibunya untuk menunggu anaknya agar dia tidak merasa sendirian. Sebab anak yang sudah trauma bersekolah perlu perhatian khusus dan kerjasama dengan wali murid. Saya tekankan agar anak tersebut merasa nyaman dan mau pergi ke Paud dulu dengan senang hati tanpa paksaan. Tidak perlu masuk kelas jika dia tidak mau.
Dalam mengajar anak usia dini, saya selalu tekankan kepada guru di paud Nusa Indah yang saya kelola, bahwa ada 13 prinsip yang harus menjadi pedoman ketika mengajar. 13 prinsip ini saya temukan dalam buku "Cerdas Melalui Bermain" karya Tadkiroatun Musfiroh, dengan beberapa contoh dari saya. Buat yang bukan guru boleh kok baca. Apalagi yang sudah punya anak balita. Coba praktekan sendiri di rumah ya.
1. Anak belajar melalui pengalaman melakukan aktivitas, seperti melompat, bermain peran, bernyanyi, mengerjakan puzle dll.
2. Anak belajar melalui hal hal yang dilihat dan didengar. Contoh menonton film khusus anak, bermain alat musik, mendengarkan lagu dll.
3. Belajar harus menyenangkan. Anak tidak terpaksa melakukan kegiatan. Mereka menjalani kesehariannya dengan sukarela dan menikmati setiap aktifitasnya.
4. Anak belajar harus berada pada situasi yang santai, tidak tertekan. Riset menunjukkan 80% masalah belajar terkait dengan rasa tertekan yang diderita anak.
5. Belajar melalui musik dan irama. Musik dapat membangkitkan kinerja otak. Lirik yang dikombinasikan dengan musik lebih mudah dipelajari.
6. Belajar dengan banyak bergerak, Tubuh dan otak adalah satu kesatuan. Belajar akan lebih menyenangkan jika anak diajak bergerak daripada duduk diam mendengarkan gurunya sepanjang waktu.
7. Belajar berbicara alias ngobrol. Anak harus diajak untuk berani praktik berbicara dengan orang sekitarnya. Menjawab jika ditanya. Bercerita jika diminta. Misal dengan teman sebaya, ortu atau gurunya. Praktik berbicara adalah cara belajar bahasa dan bersosialisasi.
8. Belajar melalui refleksi. Anak membutuhkan waktu untuk mencerna sesuatu sebelum mempraktekannya lebih jauh. Itu sebabnya ada anak yang diam saja di sekolah tetapi di rumah rewel minta diajarkan lagu yang tadi didapat di sekolah.