Lihat ke Halaman Asli

Trend Kue Cubit dikalangan Remaja

Diperbarui: 4 April 2017   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Siapa yang tak kenal dengan cemilan yang satu ini? bisa dibilang jajanan jadul ini sudah naik kelas. Bagi para pecinta manis, kue ini sangat cocok untuk dinikmati. Namanya unik, yaitu "kue cubit" yang entah dari mana asal usul penamaannya. makanan tradisional yang satu ini sepertinya tidak bisa hilang begitu saja. Munculnya makanan tradisional ke era ini sepertinya membuat kue cubit yang semula tidak terlalu tenar menjadi amat sangat tenar saat ini. Kue cubit ini sedang tren dikalangan remaja. seiring berkembangnya zaman dan banyaknya variasi yang ada dalam kue cubit, menjadikan kue cubit ini sebagai makanan terpopuler ditahun 2015. Bagaimana tidak, dulu kue cubit hanya dijual oleh pedagang keliling, namun sekarang sudah banyak dijual dikafe-kafe dengan penyajian yang lebih modern.

 Kue cubit merupakan makanan khas dari Ibukota. Belakangan ini sedang populer dihampir seluruh kota, khususnya di Tangerang dan Bandung. Kue cubit merupakan cemilan yang sangat enak dan termasuk jenis kue yang sangat sederhana untuk dibuat. Tak jarang banyak orang yang menyukai kue cubit. selain rasanya enak, kue cubit juga bisa dijadikan sebagai penghasil keuntungan dengan omset yang sangat menjanjikan.

 Aroma yang khas dari adonan kue cubit dapat menggugah selera siapa saja yang menciumnya. bentuk dari kue cubit pun tidak kalah menarik, mulai dari bentuk daun, bunga, sarang laba-laba dan berbagai jenis hewan seperti ikan dan lain-lain yang membuat mulut ingin sekali mencicipinya. Kue cubit menggunakan campuran susu dan tepung terigu sebagai komponen utamanya. Adonan dimasukan kedalam cetakan dan siap dimasak lalu dihidangkan. selain itu kue cubit dapat dihidangkan dalam dua varian, yaitu matang dan setengah matang.

 Rasa kue cubit yang disajikan dalam berbagai varian cenderung unik dan patut untuk anda coba. seperti rasa yang favorit saat ini yaitu green tea. kue cubit berwarna hijau ini memiliki rasa manis dan sedikit pahit yang berasal dari teh hijau itu sendiri. Begitu pula dengan lima rasa lainnya yaitu original, red velvet, coklat, bubble gum, dan tiramisu. rasanya tidak terlalu manis kemudian ditambah dengan berbagai topping yang menarik membuat rasa dan tampilan kue cubit ini sangat "pas" untuk dinikmati.

 Dengan bahan yang mudah didapat dan mudah cara pembuatannya, membuat banyak sekali orang yang menjual kue cubit. serta cara penyajiannya yang mudah dan harga yang masih terjangkau , membuat orang-orang banyak mengkonsumsi makanan ini. kue cubit sekarang banyak dijual dengan varian rasa dan topping yang beragam. jika awalnya kue cubit hanya dinikmati dengan tambahan topping coklat saja, namun saat ini sudah banyak topping yang dipakai, mulai dari keju, ovomaltine, nutella, kitkat, coco crunch, bubble gum, oreo dan berbagai topping lainnya.

 Harga untuk satu porsi kue cubit dipinggir jalan berkisar antara Rp.2000-5000,- hanya dengan topping taburan coklat. sedangkan sekarang banyak kafe-kafe yang menjual satu porsi kue cubit berkisar antara Rp. 15000-50000,- dengan tambahan topping yang beragam.

 Kepopuleran kue cubit tidak terlepas dari sosial media yang memperkenalkan makanan tersebut hingga menjadi tren saat ini. melalui media massa, para penjual kue cubit mulai menjajakan foto makanan tersebut lalu mempostingnya diakun sosial media masing-masing sehingga kue cubit lebih dikenal orang dan para penjual tersebut bisa mendapatkan keuntungan.

 Jika dikaitkan dengan teori ilmu komunikasi, maka teori yang berkaitan adalah teori komunikasi massa. sebabnya dalam teori komunikasi ini peran komunikasi antar pemberi dengan penerima informasi sangat berhasil. Dikarenakan dalam artikel ini disebutkan bahwa kue cubit menjadi jajanan tren saat ini, khususnya dikalangan remaja. komunikasi massa ini menggunakan media massa cetak dan elektronik dalam penyampaiannya. selain itu termasuk dalam paradigma kontruktivisme, karena membangun pemikiran atau persepsi yang mendengarkan informasi menjadi terpengaruh terhadap informasi yang kita berikan. (Sumber: Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Dedy Mulyana)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline