Lihat ke Halaman Asli

Marintan Irecky

TERVERIFIKASI

ENG - IND Subtitler and Interpreter

Social Media: Word of Mouth or Mass Media?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13314444081585909997

Kelas Akademi Berbagi Jakarta kemarin (Kamis, 8 Maret 2012) digelar di Amway Indonesia, Wisma BNI 46, Jakarta. Acara dimulai pukul 19.07 WIB dan dibuka oleh Mba Ainun Chomsun (@pasarsapi) yang merupakan penggagas dari sekolah nonformal kreatif ini. Mba Ainun menjelaskan sedikit tentang rencana workshop di Bogor yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Rencananya workshop ini akan mengundang seluruh kepala sekolah dan relawan 'sekolah' Akademi Berbagi yang ada di kota-kota lainnya. Dia meminta dukungan dari para murid AkberJKT yang hadir, setelah itu membuka kelas dan mempersilakan @sheque untuk membawakan materi yang sudah disiapkan.

@sheque membuka kelas malam itu dengan sebuah slide yang bertuliskan "Half the money I spend on advertising is wasted. The trouble is I don't know which half." @sheque membuka gagasan bahwa social media sangat berkaitan erat dengan word of mouth dan kini fungsi serta pengaruhnya sama kuatnya dengan media massa. Sebagai ilustrasi, @sheque menceritakan sebuah kisah tentang reunian SMA, di mana ada seorang tokoh utama bernama Ardi yang bertemu kembali dengan teman-teman lamanya. Salah satu cuilan kisah menggambarkan flashback tentang guru yang sering dijahili. Motor sang guru yang bermerk Honda dulu pernah diberi garam oleh salah seorang teman Ardi karena sakit hati akibat diberi nilai jelek. Garam diharapkan bisa membuat motornya tidak berfungsi, sehingga guru tersebut tidak masuk mengajar keesokan harinya. Di luar dugaan, ternyata guru tersebut datang dan motor Honda kesayangannya baik-baik saja. Di sini menunjukkan bahwa  sebuah produk (motor Honda) bisa menjadi mulus dan diterima dengan baik oleh orang lain apabila disampaikan dalam bentuk Word of Mouth (WOM) yang natural.

Di sisi lain, salah seorang teman Ardi yang bernama Mawar tiba-tiba menyeruak kerumunan dan menawarkan bisnis MLM. Keceriaan yang tadinya terasa, seketika menguap begitu Mawar muncul dengan tawaran bisnisnya yang mengganggu. @sheque di sini menunjukkan bahwa WOM menjadi bumerang bila dilakukan secara interrupting.

WOM bukan hanya berlaku secara tatap muka, tapi begitu pula di social media seperti Facebook, Twitter, dll. Karena itu, para penggunanya harus memikirkan baik-baik dampak dari WOM yang disebarkan melalui akun socmed-nya.

Saking hebatnya kekuatan sebuah social media, @sheque mengatakan bahwa kini bukan hanya produser konten saja yang memiliki pengaruh untuk membentuk opini publik. Contohnya, akun-akun Twitter seperti Sherina Munaf, Agnes Monica, Raditya Dika, dan Arief Muhammad si pemilik akun @poconggg pun memiliki pengaruh yang dahsyat. Followers mereka menembus angka jutaan, dan bahkan jumlahnya mengalahkan akun-akun twitter produser konten seperti Kompas, Detikcom, dsb.

13314444661105078655

@sheque tengah menjelaskan pengaruh beberapa akun twitter populer di Indonesia

"Pengaruh mereka sedemikian besarnya hingga bisa membentuk opini. Masih ingat dengan 'polteng' (alias polisi ganteng)? Itu (bisa terekspos) juga karena tweet Sherina," ujar @sheque.

Jika dulu manusia hanya menjadi konsumen konten, kata pria yang bekerja di bidang advertising itu, kini sudah berbeda masanya karena manusia juga menjadi produsen konten.

"Kalau dulu kita cuma nongkrong di depan TV, nyerap konten doang. Nah, sekarang sebuah tweet pun bisa menjadi konten," jelasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline