Apakah jalan yang lurus itu? Apakah itu sama dengan ihkdinashirrottol mustaqim? Apakah jalan lurus ini milik semua agama? Selalu saja pertanyaan itu menghantui pikiran saya yang masih lemah keimanan saya ini.
Kembali saya merenung dan berjalan menyusuri jalan-jalan protokol kota Medan yang dipenuhi penjual terompet. Lalu saya berhenti sejenak untuk sekedar melepas penat di sebuah masjid kecil di jalan Kapten Muslim sembari menunggu datangnya waktu Ashar tiba. Tiba-tiba datang seorang kakek tua yang menawarkan barang dagangannya yaitu buku-buku tentang agama islam.
Awalnya saya menolak dengan mengangkat telapak tangan saya, tapi sekejap saya urungkan karena mata saya menangkap sebuat buku kecil (mirip notes besarnya) dengan warna sampul merah maroon yang terlihat sudah lusuh (mungkin sudah lama sekali karena tidak laku).
Saya perlahan memandangi cover depannya, hhm, tak ada penerbit, tak ada barcud dan tak ada gambar cover layaknya buku-buku yang ada di toko buku umumnya. Di sini hanya tertulis " Jalan menuju Sang Khalik oleh Imam Kurniawan".
Subhanallah, inilah isinya :
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui oleh manusia-manusia yang tidak mengakui ada Tuhan, Kecuali Allah sementara banyak yang menawarkan diri bahwa dia adalah Tuhan karena biasi ini, bisa itu, bisa semuanya.
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui manusia yang ketika diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qu'ran lalu hatinya bergetar dan kemudian dia mendirikan sholat, sementara yang lainnya tengah menghapal syair lagu band A sampai Z.
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui manusia-manusia yang selalu menangis akan semua dosa-dosa yang telah diperbuatnya lalu dia bersujud memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya disetiap penghujung malam, sementara yang lain sedang terlelap dalam tidur dan mimpi indahnya.
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui oleh Pemuda yang tengah khusyuk membaca Qur'an di dalam sebuah masjid, sementara kawan-kawan sepermainannya tengah asyik ditempat-tempat hiburan malam
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui oleh seorang suami yang hanya membawa rejeki yang halal bagi anak dan istrinya, sementara kawan-kawannya tengah sibuk membahas nomor berapa besok ayang akan keluar
Jalan Lurus itu adalah jalan yang di lalui oleh Istri seorang tukang becak yang tak pernah lupa untuk tersenyum menyambut suaminya pulang, meski suaminya tak membawa sepeserpun uang hasil menarik becak dayungnya