Lihat ke Halaman Asli

Aku (Bukan) Islam Liberalis.....................

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ternyata maksud baik tidak selamanya berjalan mulus. Ibarat menanam jagung di ladang, masih saja tumbuh rumput-rumput penganggu. Dasar niatnya baikpun, masih saja tumbuh hal yang baik dan tidak diinginkan.........................(ya, Allah ampunilah kesalahanku).

Mungkin benar adanya kata hadist, bahwa hikmah itu hanya punya orang muslim. Pengalaman menulis sebuah renungan (padahal sudah dianggap bagus dan bener menurut diri sendiri), ternyata belum berarti baik menurut orang lain. Bermaksud menasehati orang lain (wuih, awalnya sudah pede abis) rupanya malah dinasehati sama banyak orang (termasuk orang yang lebih muda dari gue lagi.............hikhikhik, jadi malu). tapi ya gak apa-apa, kadang jibril datang,  bisa menyerupai siapa saja (wuih, perasaan sudah kayak nabi neh di datangi Jibril), syukron ya akhi.

Selama bergabung di rumah sehat Kompasiana, mungkin inilah pengalaman yang tak akan terlupakan. Mulai di cap asbun, munafik,  bebal (............jadi inget Prof. oon), sampai gak pancasilais, mungkin baru ini yang pas kena di hati. DASAR LIBERALIS! Sempat marah juga sih ( mohon maafnya ya mas Raffa Muhammad dan Pak Guru Oke) tapi mereka adalah saudara saya seiman yang datang bak Jibril untuk menjewer telinga saya.

Berbeda ketika berhadapan dengan lawan bicara yang non muslim yang justru semakin membakar primordial keimanan saya sebagai seorang muslim, perasaan ini begitu kena dan tertancap pada sanubari hati yg paling dalam. Mungkin inilah yang disebut wattawa shaubil haq, wattawa shaubissabr. Alhamdulillah, ternyata saudara-saudara saya masih sayang sama saya (mudah-mudahan mereka mau memaafkan saya).

Hikmah itu selalu datang terakhir (bukan terlambat) namun juga bak pahlawan yang menuntaskan semua persoalan, kegundahan dan kegelisahan hati ini. Lebih baik aku di cap bebal, munafik, atau apapun itu dari orang lain, dari pada aku harus di cap LIBERALIS alias kafir oleh saudaraku sendiri......................

Mungkin lain kali harus lebih hati-hati dan banyak pertimbangan.

Terimakasih dan mohon maaf untuk seluruh saudaraku Muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline