Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, diikuti oleh Pakistan dan India. Ini setidaknya yang diklaim dalam sebuah laporan bertajuk The Muslim 500 edisi 2022 oleh The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).
Tak heran Indonesia memiliki ekosistem yang ramah bagi para pebisnis busana muslim. Di tahun 2018 dalam pembukaan Muslim Fashion Festival (Muffest 2018), Presiden Joko Widodo bahkan sempat menyatakan harapan besarnya agar Indonesia bisa menjadi pusat busana muslim dunia, mengingat Indonesia sering memasarkan busana muslim dengan desain yang menarik dan variatif jika dibandingkan dengan negara muslim lainnya.
Hal ini tentu tak lepas dari para pengusaha yang terus produktif dalam mengembangkan desain busana muslimnya. Salah satu pengusaha muda yang dapat kita jadikan panutan adalah Diana Fitriah. Wanita asal Sidoarjo, Jawa Timur tersebut adalah sosok di balik brand busana muslim Aznii.
Walaupun Indonesia dianggap sebagai lahan yang subur untuk bisnis busana muslim, persaingannya tak bisa dianggap mudah. Diana pun mengakui hal ini, namun ia mengaku tak patah semangat dan selalu memutar otak agar bisnisnya tetap berjalan.
"Peluang bisnis busana muslim saat ini saya rasa bagus dengan daya saing yang cukup banyak. Oleh karena itu sebagai pebisnis, mau tidak mau (harus) mengikuti perkembangan zaman dan pasar yang ada, namun tetap mempertahankan ciri khas dari brand yang kita miliki," ungkap Diana, dalam keterangannya, Kamis (24/02/2022).
Ciri khas, sebuah hal yang cukup menantang untuk dipertahankan ketika kita berbicara tentang model busana muslim di Indonesia, mengingat kini banyak beredar busana muslim dengan model yang itu-itu saja. Lantas, apa yang berani ditawarkan Aznii untuk membuktikan ciri khas yang dimiliki brand dengan akun Instagram [at]aznii.official ini?
"Saya mendesain (busana muslim) yang ramah dikenakan ibu menyusui dan dilengkapi dengan karet di pergelangan tangan untuk memudahkan setiap wanita beraktivitas. Selain itu Aznii juga memiliki ciri khas pada motifnya yang kebanyakan bertemakan shabby chic," ujar Diana yakin.
Tak hanya ciri khas, di era revolusi industri 4.0, digitalisasi memainkan peran penting untuk mempertahankan imunitas sebuah bisnis. Kini hampir semua proses dijalankan secara online. Ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi semua orang, khususnya para pebisnis.
Membaca pergeseran tren pemasaran ini, Diana semakin yakin untuk gencar memasarkan produknya di platform online agar tak tertinggal dengan pengusaha lain. Mulai dari foto-foto produk dengan model profesional, memanfaatkan Instagram dan beberapa e-commerce untuk memasarkan produknya, hingga memanfaatkan Facebook Ads serta Instagram Ads, telah ia lakukan agar masyarakat semakin mengenal produknya.