Lihat ke Halaman Asli

Dean Ruwayari

TERVERIFIKASI

Geopolitics Enthusiast

Pilkada Kota Sorong, Politik Uang dan Sukuisme

Diperbarui: 1 Juli 2024   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi(KOMPAS.com/LAKSONO HARI W)

Kota saya, Kota Sorong, merupakan sebuah kota yang terletak di ujung barat Pulau Papua, memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam hal dinamika politiknya. Politik uang dan sukuisme adalah dua fenomena yang sering kali muncul dalam konteks pemilihan umum di daerah ini. Keduanya berpotensi merusak integritas demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Artikel ini akan membahas secara ringkas bagaimana politik uang dan sukuisme mempengaruhi proses politik di Kota Sorong, serta implikasinya bagi masyarakat setempat.

Politik Uang di Kota Sorong

Politik uang, atau praktik membayar pemilih untuk mendapatkan suara, merupakan masalah yang serius di banyak daerah di Indonesia, termasuk Kota Sorong. Politik uang merusak prinsip-prinsip demokrasi dengan cara:

  1. Merusak Kepercayaan Publik: Ketika pemilih menerima uang atau barang sebagai imbalan untuk suara mereka, kepercayaan mereka terhadap proses demokrasi dan institusi pemerintahan menurun. Hal ini menciptakan persepsi bahwa pejabat terpilih tidak dipilih berdasarkan kompetensi atau visi mereka, tetapi karena kekayaan mereka.

  2. Menghambat Pembangunan: Politisi yang mengandalkan politik uang sering kali merasa berkewajiban untuk mengembalikan "investasi" mereka melalui cara-cara yang korup setelah terpilih. Ini mengakibatkan penggunaan anggaran yang tidak efisien dan menghambat pembangunan yang seharusnya ditujukan untuk kepentingan publik.

  3. Memperparah Kemiskinan: Politik uang cenderung melanggengkan siklus kemiskinan. Ketika uang digunakan untuk membeli suara, pemilih sering kali merasa mereka mendapatkan keuntungan langsung, tetapi dalam jangka panjang, mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan mereka.

Sukuisme di Kota Sorong

Sukuisme, atau loyalitas berlebihan terhadap suku sendiri, juga merupakan faktor yang signifikan dalam politik di Kota Sorong. Kota ini memiliki keragaman etnis yang tinggi, dengan populasi yang terdiri dari berbagai suku asli Papua serta pendatang dari berbagai wilayah Indonesia. Sukuisme mempengaruhi politik di Sorong melalui:

  1. Fragmentasi Sosial: Sukuisme memecah belah masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang berfokus pada kepentingan suku masing-masing daripada kepentingan bersama. Ini menghambat solidaritas sosial dan kolaborasi antar komunitas.

  2. Politik Identitas: Kandidat politik sering kali memanfaatkan identitas suku untuk mendapatkan dukungan, bukannya mempromosikan kebijakan yang inklusif dan bermanfaat bagi semua warga. Hal ini mengarah pada politik identitas yang sempit dan diskriminatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline