Konflik di Ukraina sudah berlangsung selama 103 hari sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari tahun ini. Hari ini tanggal 6 juni, jadi 103 hari sudah terjadi pertempuran tanpa henti di sana. Hari ini hampir setiap orang hanya punya satu pertanyaan, siapa yang memenangkan perang ini?
Saya harap saya bisa beri jawaban yang jelas tapi perang ini terlalu sulit untuk diprediksi.
Perang ini seharusnya menjadi perang yang mudah bagi Vladimir Putin, tapi 103 hari jelas mengatakan sebaliknya.
Bisa dibilang Rusia bikin kemajuan. Lambat tapi bertahap. Hari ini rusia menguasai 20 persen wilayah Ukraina yang luasnya sekitar 120 km persegi. Kira-kira seukuran pulau Jawa.
Bisa dibilang 20 persen itu jauh lebih baik tergantung pada kacamata apa kita melihatnya. Amerika Serikat menghabiskan 20 tahun di Afghanistan tapi Paman Sam tidak pernah bisa mengalahkan Taliban. Sebagian besar pedesaan Afghanistan berada di luar kendali AS.
Sama halnya di Irak, pasukan AS berkemah di sana selama lebih dari satu dekade tetapi pemberontakan tak pernah berhenti. Jadi 20 persen di hari ke-103 bukanlah hasil yang buruk bagi Vladimir Putin.
Tapi kenapa tentara Rusia tampaknya mengalami stagnansi? Yah karena ekspetasinya terlampau tinggi. Putin mengira Ukraina akan mudah ditaklukan.
Tentara Rusia seharusnya sudah menduduki Kiev dalam beberapa hari invasi. Sebaliknya, sekarang Rusia mengubah strategi. Putin tidak lagi fokus pada ibukota, namun berfokus ke Donbass. Kenapa saya bilang begitu?
Akan saya bahas, tapi sebelum itu mari kita lihat kerugian kedua belah pihak selama 103 hari peperangan.
Satu, korban manusia. Mariupol saja telah melaporkan 21.000 kematian dan itu baru warga sipil saja. Menurut presiden Zelensky, Ukraina kehilangan 60 hingga 100 tentara setiap hari. Jadi sekitar 6.000 lebih tentara sampai hari ini.