Buat pecinta konspirasi agama dan wilayah teluk, mungkin ada pelajaran dari Asia Barat. Selama beberapa dekade wilayah tersebut telah menjadi dinamit bersumbu pendek persaingan politik dunia. Entah perang minyak atau agama, semuanya bermuatan politik emosional beroktan tinggi.
Situasi terlihat berubah belakangan ini. Asia Barat beralih ke realisme dan mulai meninggalkan hal-hal berbau emosional.
Kenapa saya bilang begitu? Israel menjadi tuan rumah pertemuan puncak dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan para menteri Arab.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Negara Yahudi mengadakan pertemuan dengan empat anggota Liga Arab yaitu: Maroko, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab. Pertemuan ini terjadi hampir dua tahun setelah negara-negara Arab menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel.
Acara yang juga dikenal sebagai KTT Negev ini berlangsung pada hari Minggu (27/3) dan Senin (28/3) di sebuah Kibbutz (semacam resort) di Sde Boker, yang merupakan rumah dan juga tempat pemakaman Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion.
Pertemuan tersebut hampir seperti reuni perguruan tinggi. Banyak jabat tangan dan senyuman, membuat yang menyaksikan lupa sejarah kelam politik.
Sampai dua tahun yang lalu, negara-negara ini saling sikut. Dunia Arab tidak mengakui keberadaan Israel. Tapi hari ini empat menteri mereka menghadiri KTT Negev. Menteri luar negeri Bahrain, UEA, Maroko dan Mesir.
Mereka menyebutnya pertemuan puncak kesepakatan atau KTT Abraham. Mesir bukan bagian dari kesepakatan namun menteri luar negeri mereka diundang.
Mengenai agenda pertemuan, secara umum ada tiga hal. Satu, kesepakatan nuklir Iran. Dua, penguatan kesepakatan Abraham dan mungkin mengajak lebih banyak negara Arab ke dalam klub ini. Tiga, perang di Ukraina.
Pertemuan sukses diselenggarakan. Bisa dilihat dari visualisasinya yang sangat bagus. Bagaimana dengan substansinya? masing-masing negara datang dengan agendanya sendiri. Amerika ingin memperbaiki aliansi-nya dengan Asia Barat, Israel menginginkan asuransi terhadap Iran, dan negara-negara Arab menginginkan lebih banyak perdagangan dan investasi.