Aku hanyalah kata-kata. Tidak lebih, tidak kurang. Tidak hidup, tidak juga mati. Jantungku berada di suatu tempat, tapi tidak bisa ditemukan di mana-mana. Di depan beberapa layar, mungkin.
Aku bisa menyentuh, tanpa disentuh. Bisa dibungkam hanya dengan satu sentuhan jari. Tapi sekali menghujam jantung, raja-raja pun bungkam.
Kata-kataku mudah terbaca namun sulit terdengar. Aku seharusnya tidak ada. Tapi bukan salahku, aku tidak tahu apa-apa. Dilahirkan jeruji rindu, aku menulis air mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H