Lihat ke Halaman Asli

Dean Ruwayari

TERVERIFIKASI

Geopolitics Enthusiast

Konflik Rusia-Ukraina Mulai Mendingin, NATO Malah Bikin Panas?

Diperbarui: 16 Maret 2022   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasukan gabungan negara NATO mendarat di Nowegia (Sumber: yle.fi via Viva News)

Perang Ukraina telah memasuki minggu ke-tiga. Baik Ukraina maupun Rusia, keduanya mengejar jalur ganda. Perang di daratan Ukraina, dan diplomasi. Sampai sekarang kedua front macet. Perang lambat dan menyakitkan, begitu juga diplomasi. 

Namun sekarang tampaknya ada beberapa kemajuan. Kemarin merupakan putaran keempat pembicaraan langsung antara Ukraina dan Rusia. Tiga pembicaraan sebelumnya merupakan pertemuan langsung. Yang keempat ini melalui panggilan video. 

Mengapa babak ini berbeda? Mungkin karena sentimen di kedua kubu jauh lebih optimis. Baik Rusia dan Ukraina memprediksi keberhasilan diplomasi.
Kiev mengatakan, hasil dapat dicapai dalam beberapa hari. Moskow mengisyaratkan kemungkinan deklarasi perdamaian. Jadi suasananya lebih cerah. 

Bagaimana dengan hasilnya? Hari pertama telah berakhir, pembicaraan akan dilanjutkan lagi hari ini. Ukraina menyampaikan dua tuntutan utama: Satu, gencatan senjata segera. Dua, penarikan pasukan Rusia. Pada dasarnya "akhiri perang, kemudian kita bisa bicara politik."

Presiden Zelensky punya ide untuk mempercepat diplomasi: Pertemuan langsung antara dia dan Vladimir Putin. Ini yang dikatakan Zelensky lewat Siaran Pers Kepresidenan Ukraina.

"Perwakilan negara kami (Ukraina dan Rusia) mengadakan pembicaraan harian melalui konferensi video. Delegasi kami punya tugas yang jelas untuk melakukan segalanya, untuk mengatur pertemuan presiden pertemuan saya yakin orang-orang menunggu. Jelas bahwa ini adalah cerita yang sulit, jalan yang sulit. Tapi kami membutuhkan bagian itu."

Bisa dimengerti mengapa Zelensky putus asa. Pasukannya telah bertarung hebat tetapi superioritas militer Rusia telah memporak-porandakan Ukraina. 

Timbul pertanyaan besar, kenapa Rusia masih ingin melakukan pembicaraan? jika tetap di medan perang, Putin sudah pasti menang. Jadi kenapa repot-repot berdialog? 

Ada dua alasan yang bisa saya pikirkan. Satu, perubahan rezim bisa menjadi masalah pelik. Para pemimpin bisa saja ditukar-tukar, tetapi tidak sentimen publik. Jadi, pertahankan Zelensky akan menjadi langkah bijak tetapi dengan satu syarat bahwa Zelensky sendiri setuju dengan tuntutan Rusia agar Ukraina tetap menjadi wilayah netral. Dua, penyelamatan ekonomi. Rusia mungkin memenangkan perang ini pada akhirnya, tetapi sampai saat itu ekonominya akan menderita. Tentara, rudal, kapal perang, dsb., semuanya menguras perbendaharaan Rusia. Jadi Putin lebih suka pembicaraan daripada perang. Jadi, di mana mereka akan berdialog? Siapa yang akan menengahi?

Turki sudah mencoba jadi mediator minggu lalu. Erdogan menjamu menteri luar negeri dari Ukraina dan Rusia. Tidak beruntung, pembicaraan berakhir tanpa kemajuan.
Jadi mediator baru muncul. Perdana menteri Israel Naftali Bennett akan menjadi peacebroker baru. Zelensky mengandalakan Bennett, dan ingin agar Bennett menjadi penengah dialog, dan Israel menjadi tuan rumah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline