Lihat ke Halaman Asli

Dean Ruwayari

TERVERIFIKASI

Geopolitics Enthusiast

Bahasa Anak Jaksel Seharusnya Dirayakan

Diperbarui: 30 November 2022   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (freepik)

Ada satu kesamaan antara English, Bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Sanskerta, bahasa ngeblog, hingga bahasa anak Jaksel: SEMUA ADALAH BAHASA.

Sama halnya dengan bahasa yang saya gunakan sehari-hari di Papua, yang mungkin sebagian besar dari pembaca tidak mengerti artinya. Dan mungkin menyebutnya "oh ini pasti bahasa Papua."

Misalnya:
"Ko mo pi mana?" (Kau mau pergi ke mana?)
"Sa mo pi pasar." (Saya mau pergi ke pasar)

Sebenarnya, dua kalimat di atas merupakan bahasa Indonesia, hanya saja disingkat-singkat.

Ko= kamu, kau
Mo = mau, ingin
Pi = pergi
mana = mana
Sa = saya, aku

Itu adalah bahasa yang saya dan hampir semua penduduk (bukan hanya masyarakat asli) Papua gunakan dalam  percakapan sehari-hari.

Para ahli bahasa menamakannya bahasa "Melayu Papua". Bahasa tersebut bukanlah bahasa daerah asli Papua. Melainkan bahasa yang baru berkembang karena ada desakan kebutuhan untuk berinteraksi antar seribu suku yang berbeda bahasa di Papua.

Begitu juga bahasa Indonesia yang bukan bahasa asli masyarakat Indonesia, melainkan bahasa yang berkembang karena desakan kebutuhan untuk berinteraksi dengan ribuan suku di Indonesia. Ribuan kali terjadi campur-kode hingga akhirnya dapat digunakan oleh segenap bangsa Indonesia.

Poin saya di sini adalah bahasa berkembang karena adanya kebutuhan.

'Bahasa berkembang karena kebutuhan' merupakan sifat alami dari bahasa apapun yang ada di dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline