Lihat ke Halaman Asli

Dean Ruwayari

TERVERIFIKASI

Geopolitics Enthusiast

Panti Perawatan Lansia Demensia

Diperbarui: 3 November 2021   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lansia.(Thinkstockphotos via KOMPAS)

Saya selalu suka di sini. Selain pemandangan indah memanjakan mata, ada pengalaman berharga dalam memaknai hidup di tempat saya bekerja ini.

Tempat ini merupakan sebuah perumahan di kota kecil kami, Kota Kohoin. Di sini ada 28 rumah untuk enam sampai tujuh orang di tiap rumah. Terdapat pusat perbelanjaan kecil dengan restoran, kafe, bioskop, pasar swalayan, dan tempat karaoke. Ada jalan-jalan, gang-gang, sawah dan kebun. Sebenarnya tempat ini adalah panti perawatan, pemda kami menamakannya sesuai nama kota "Panti Perawatan Kohoin", panti perawatan untuk orang-orang yang hidup dengan demensia akut dan membutuhkan perawatan serta dukungan 24 jam. Pasiennya kebanyakan orang lanjut usia atau lansia.

Merawat para lansia demensia ini membuat saya makin menghargai usia dan waktu saya di bumi.

Demensia merupakan penyakit yang mengerikan, dan kita masih belum punya obatnya. Hal ini menjadi masalah yang pelik di dunia, bagi orang-orang yang punya orang tua atau anggota keluarga menderita demensia, juga para politisi Kohoin yang tertarik membicarakannya saat kampanye politik.

Demensia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Otak kebingungan. Penderitanya tidak tahu lagi jam berapa sekarang, apa yang sedang terjadi, juga mereka tidak mengenali siapa orang-orang yang sedang berbicara dengan mereka, yang mungkin merupakan teman atau keluarganya. Mereka sangat bingung. Dan karena kebingungan itu, mereka menjadi gelisah, depresi, agresif.

Sebelumnya saya bekerja di panti perawatan tradisional sebagai manajer perawatan. Saya dan perawat lain sering berbicara bersama tentang fakta bahwa apa yang kami lakukan di sana bukanlah yang diinginkan untuk orangtua,teman-teman, maupun diri kami sendiri. Dan suatu hari, kami berkata,"Kalau kita terus bicara seperti ini,tidak ada yang akan berubah.Kita yang memimpin di sini. Kita harus melakukan sesuatu bagi hal ini,supaya kita merasa aman jika orangtua kita berada di sini."

Kami membicarakannya, dan apa yang kami lihat setiap hari adalah para lansia yang tinggal di panti perawatan kami merasa bingung dengan lingkungan mereka, karena apa yang mereka lihat adalah lingkungan yang mirip rumah sakit, dengan dokter, perawat dan paramedis berseragam,lalu orang-orang demensia yang tinggal dalam bangsal.

Para pasien ini tidak mengerti mengapa mereka tinggal di sana. Kemudian mereka mencari tempat untuk melarikan diri. Mereka mencari dan berharap untuk menemukan pintu agar bisa kembali pulang ke rumah. Kami berpendapat bahwa menciptakan situasi ini sama seperti menawarkan pasien yang otaknya sudah bingung dengan lebih banyak kebingungan baru. Kami menambahkan kebingungan pada kebingungan.
Dan bukan itu yang mereka butuhkan. Mereka ingin mendapatkan kehidupan, dan bantuan kita dalam menghadapi demensia.

Mereka ingin hidup di rumah yang normal, bukan di bangsal. Mereka menginginkan rumah yang normal, di mana mereka bisa mencium aroma makan malam dari kompor di dapur. Atau bebas ke dapur dan mengambil makanan atau minuman. Itulah yang dibutuhkan orang-orang ini. Dan itulah yang harus kami atur bagi mereka. Lalu kami setuju untuk mengatur tempat tinggal mereka seperti di rumah, sehingga mereka tidak dikelompokkan dalam 15, 20 atau 30 orang, seperti di bangsal.

Sebaliknya mereka ditempatkan dalam kelompok kecil, hanya enam atau tujuh orang, seperti keluarga yang mereka butuhkan. Seperti tinggal bersama teman-teman. Dan kita harus menemukan cara untuk memilih orang-orang berdasarkan pandangan mereka akan hidup, sehingga mereka berkesempatan untuk berteman saat mereka hidup bersama. Dan kami mewawancarai semua keluarga dari para residen tentang "apa yang penting bagi ayah Anda," "apa yang penting bagi ibu Anda," "seperti apa kehidupan mereka," "apa yang mereka inginkan."
Kami menemukan tujuh kelompok, dan kami menyebutnya kelompok gaya hidup.

Sebagai contoh, kami menemukan gaya hidup formal. Dalam gaya hidup ini, orang-orangnya menggunakan cara yang formal untuk saling berinteraksi, berinteraksi dalam jarak. Kegiatan harian mereka dimulai lambat, diakhiri lambat. Musik klasik lebih terdengar dalam kelompok ini dibandingkan dengan kelompok lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline