Lihat ke Halaman Asli

Cara Mengatasi Trust Issue

Diperbarui: 7 Juli 2023   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap manusia memiliki pengalaman yang menyakitkan ketika bercerita kepada seseorang tetapi ternyata seseorang itu mengkhianatinya atau mengecewakannya sehingga timbulnya perasaan rasanya Trust Issue yang anak milenial ucapkan, perasaan itu akan menimbulkan juga ketidakpercayaan pada dirinya sendiri ataupun orang lain. Maka dari itu, mari kita lihat ulasan mengenai tentang Trust Issue dan mengatasinya seperti apa.

Apa itu Trust Issue?
Trust issue merupakan sesuatu hal yang kecenderungan seseorang untuk tidak memercayai pasangan atau orang terdekatnya. Dalam hal ini kondisinya dapat terwujud dalam berbagai bentuk sikap dan perilaku.

Apabila kondisi ini tidak diatasi, maka akan berpotensi mengembangkan sikap, perilaku, cara pikir, dan pengalaman yang tidak adaptif terhadap diri, pasangan, maupun relasi itu sendiri. Parahnya, juga akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental, serta mengarah pada masalah yang lebih besar dalam jangka panjang.

Penyebab trust issue.
Sebagaimana kondisi psikologis pada umumnya, trust issue terbentuk oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah faktor pengalaman di dalam relasi sebelumnya, kepribadian, pola asuh, dan pengaruh dari lingkungan sosial yang berada didekatnya.

Lebih jelas, berikut adalah berbagai faktor yang jadi penyebab trust issue:
1. Pengalaman Dikhianati
Diselingkuhi, ditolak, atau dibohongi dianggap sebagai pengalaman yang begitu menyakitkan bagi banyak orang. Pada kasus yang lebih parah, seseorang mungkin mengalami trauma akibat adanya pengalaman dikhianati yang disertai dengan kekerasan, manipulasi, dan pengabaian.
Pengalaman tersebut dapat membuat seseorang sulit menaruh kepercayaan yang sehat terhadap pasangannya di kemudian hari atau di relasi berikutnya, meski dengan orang yang berbeda. Karena sudah terdistract akan hal pengalaman yang menyakitkan.

2. Pola Asuh
Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan parental conflict (konflik antarorang tua) cenderung memiliki derajat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain. Parental conflict membuat anak khawatir bahwa kondisi tersebut juga akan terjadi pada relasinya di usia dewasa.

Selain itu, teori psikososial yang dikemukakan oleh psikolog Erik Erikson menyatakan bahwa perkembangan di 1-2 tahun awal kehidupan merupakan masa seseorang belajar mengenai rasa percaya antara dirinya dan orang tua atau pengasuh.

Orang tua yang dapat diandalkan dan keberadaannya memberikan rasa aman, akan membuat anak lebih mampu percaya pada lingkungannya secara sehat karena orang tuanya dianggap sebagai sosok yang suportif.

3. Kepribadian
Seseorang dengan kecenderungan kepribadian paranoid dan kepribadian penghindar (avoidant) lebih sulit untuk percaya pada orang lain.

Seseorang dengan avoidant personality disorder cenderung sulit mengembangkan rasa percaya karena kekhawatiran akan penolakan, kehilangan, dan pengabaian dari orang lain.

Seseorang dengan paranoid personality disorder cenderung memiliki derajat kepercayaan yang sangat rendah terhadap orang lain, sulit untuk memandang ketulusan, dan meyakini bahwa kehadiran orang lain hanya akan menyakitinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline