Tak bisa dipungkiri, menjelang Pilkada serentak tahun ini 2017, beragam cara untukmengacaukan dan saling mencari-cari cara agar menang dilakukan. Isu SARA yang paling keras terhembus dalam gelaran lima tahunan ini. Politisasi agama akhir-akhir ini seringkali digunakan untuk saling menyerang dan menjatuhkan lawan tandingannya. Indonesia yang mayoritas Islam, seakan lebih mudah menggiring opini publik, apalagi itu terkait dengan agama.
Pilkada DKI yang salah satu paslon bukan dari agama mayoritas, bahkan terkesan bukan asli buatan dalam negeri, bisa menjadi tolak ukur. Bilamana Pilkada yang akan digelar nanti berjalan dengan baik dan mulus, berarti Indonesia bisa menerima perubahan tersebut. Tetapi sebaliknya bila Pilkada DKI rusuh, memang benar indonesia belum bisa menerima perubahan tersebut, seharusnya dalam memilih paslon di gelaran Pilkada, persolan etnis, ras , agama jangan terlalu dikedepankan karena mereka yang ingin maju sebagai para pemimpin dan wakil rakyat, tidak bisa memilih pada saat mereka dilahirkan.
Jakarta adalah kumpulan beragam suku ada didalamnnya, persolaan agama dan keturunan mungkin sepersekian persen saja yang mempermasalahkan, penduduk Jakarta lebih rasional dalam menerima perubahan . Penggunaan isu SARA, apalagi dalam pesta politik resmi (Pilkada), adalah serangan langsung, terhadap prinsip-prinsip kebangsaan Bhineka Tunggal Ika. Untuk diketahui, ada ratusan etnis besar dan bahasa di Indonesia, dan penduduknya memeluk agama atau kepercayaan yang beragam.
Namun, yang mempersatukan bangsa Indonesia adalah semangat keluar dari penjajahan dan membangun cita-cita masyarakat baru, yakni masyarakat adil dan makmur. Semua pihak harus mengawal Pilkada DKI menjadi pilkada yang cerdas? Karena seluruh porses pilkada merupakan pendidikan politik untuk publik. Penggunaan isu SARA bertentangan dengan realitas Jakarta sebagai kota pertemuan berbagai kebudayaan. Jakarta sebagai kota modern tentu membutuhkan masyarakat yang modern , terbuka, toleran, dan lain-lain. Penggunaan isu SARA justru membawa Jakarta sangat mundur jauh ke belakang.
Diharapkan dalan gelaran Pilkada nantidiharapkan, para pemimipin lebih mengedepankan politik santun dan keberagaman, adu program dalam menyelesaikan masalah yang ada, juga memikirkan kesejahteraan masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H