Lihat ke Halaman Asli

Pertumbuhan Ekonomi Berjalan di Atas “Kerikil Tajam”

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertumbuhan laju perekonomian di era Jokowi-JK, terasa lambat. Ini merupakan permasalahan serius untuk kepemimpinan Jokowi-JK. Komite Ekonomi Nasional (KEN) menilai pemerintahan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan mengalami banyak tantangan terkait adanya gejolak ekonomidomestik maupun global.

Yang dirasakan sekarang adalah segala sesuatu yang serba mahal, sehingga seluruh elemen masyarakat awam, berpendapat pemerintahan sekarang adalah pemerintahan yang tidak pro rakyat kecil.

Semua harga-harga Sembilan bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan yang tajam, karena dipicu dengan adanya kenaikan, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif dasar listrik, dan elpiji yang telah mengganggu penambahan konsumsi, sehingga menekan daya beli masyarakat,. Hal ini harus segera di tangani dengan cermat dan cepat, sehingga tidak membias arahnya kemana-mana.

Perekonomian Indonesia sangat tergantung kondisi perekonomian dunia. Menurut menteri keuangan Chatib Basri memprediksi di tahun 2015 perekonomian Indonesia akan beramgsur membaik , lantaran kondisi perekonomian global mengalami pemulihan. Namun, pemerintah harus tetap waspada. Joko Widodo dan Jusuf Kalla harus siap menghadapi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi di masa pemerintahannya.

Badan Pusat Statistik, Suryamin, pada 5 Mei 2015. Laju pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I pemerintahan Jokowi-JK bergerak lambat. Ekonomi hanya tumbuh 4,71 persen sepanjang tiga bulan pertama 2015. Suryamin mengatakan, jumlah penganggur pada Februari 2015 mengalami peningkatan dibandingkan Agustus 2014, yaitu 210 ribu orang. Sedangkan kalau dibandingkan dengan Februari 2014, ada peningkatan 300 ribu orang. http://video.sindonews.com/play/17076/ekonomi-lesu-jumlah-pengangguran-naik-7-45-juta-orang

Ini berarti kabinet Jokowi-JK belum bekerja secara maksimal. Beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain: Indonesia harus lebih agresif menggenjot ekspor ke negara-negara nontradisional. Sasaran utama ekspor bukan lagi ke China atau Eropa, tetapi harus ke India, Turki, kawasan Timur Tengah, bahkan Afrika.
Di sisi internal, secepatnya Presiden Jokowi sendiri, harus turun ke lapangan untuk mendorong agar hal-hal yang menghambat segera dibabat. Target pertumbuhan 5,7 persen di APBN harus diwujudkan, biar seperti berjalan diatas kerikil tajam tetap harus tambah semangat yaa…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline