Lihat ke Halaman Asli

Corby Si Ratu Mariyuana Lecehkan SBY?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untung saja belum terlambat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menyampaikan kepada Menhukham, Amir Syamsudin untuk meninjau ulang pembebasan bersyarat (PB) si Ratu Mariyuana asal Australia, Schapelle Leigh Corby. Demikian diungkapkan juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha.

Keputusan SBY itu sebagai respon terhadap desakan berbagai kalangan. Hal itu seiring dengan wawancara ekslusif kakak Corby, Mercedes, di salah satu stasiun televisi swasta Australia. Televisi yang sama membuat acara reality show tentang Corby dan keluarganya. Kabarnya Corby mendapatkan bayaran sampai 3 juta dollar Australia.

Wawancara Mercedes Corby

dari link http://www.antaranews.com/berita/422145/bisa-saja-schapelle-corby-masuk-sel-penjara-lagi, pernyataan si Mercedes terlihat tidak jelas mengenai asal mariyuana, malah cenderung mendiskreditkan Indonesia. Cermati yang dipertebal:

Mercedes, yang menjadi narasumber utama itu, masih mempertanyakan asal muasal marijuana seberat 4,2 kilogram yang ada di dalam tas Corby, pada 2004.

"Kami tidak tahu dari mana mariyuana itu. Bisa jadi dari Indonesia," ucap Mercedes dalam wawancara Channel 7 Sunday Night Program itu.

Dalam rekaman berdurasi 11 menit itu, ia juga masih mempertanyakan sejumlah barang bukti yang menunjukkan barang haram itu dibawa adiknya saat di Bandara Ngurah Rai.

"Kami mencoba mencari bukti dan informasi tentang gambar di bandara, tidak ada. Kami minta sidik jari, tidak ada. Tes mariyuana dan sinar x, tidak ada," ucapnya.

Mercedes juga yakin barang haram itu tidak dibawa Corby namun diyakini dimasukkan seseorang saat adiknya transit di bandara di Sydney.

Apa yang diungkapkan Corby jelas menyesatkan dan melecehkan Indonesia. Jadi dari mana mariyuana itu? Hukum kan tidak dapat diputuskan dengan dugaan saja? Parahnya, komentar Mercedes di TV Swasta itu seolah dijadikan kebenaran. Jelas ini tidak bsia diterima, termasuk juga oleh Presiden SBY.

Agenda lain Australia

Di sisi lain, yang diangkat ke permukaan justru masalah "kekurangajaran" Mercedes ini, termasuk media di Australia. Kita mesti waspada juga. Ada apa agenda apa media Australia yang mau membayar sampai 3 juta dollar Australia untuk wawancara itu? Apakah sekedar komersial? Terkait politik di Australia sendiri, atau ada agenda opini di Indonesia?

Ini harus dikaji mendalam. Satu fakta atau fenomena, hampir selalu ada kaitannnya dengan fakta/fenomena lain (baik masa lalu, hari ini atau yang akan datang). Melihat track record pergaulan dengan Australia, kita tak akan pernah bisa begitu saja menerima bahwa ini tidak ada agenda alias kepentingan di belakangnya.

Sikap Legowo SBY

SBY tak ragu mengikuti berbagai desakan untuk meninjau ulang PB Corby. Tentunya itu sudah melalui proses pemikiran yang mendalam. Berbagai pertimbangan dipikirkan dengan baik sebelum sikap diambil. Keputusan SBY menyuruh Menhukham meninjau ulang PB Corby, bukan bentuk sikap plin-plan, tapi sikap legowo menerima masukan yang memiliki nilai kebenaran.

SBY juga menunjukkan sikap mawas diri dan introspektif. SBY jelas menyadari dirinya tak sempurna, oleh karenanya ia tak ragu meninjau ulang kebijakan pemerintahannya jika memang salah. Sekarang bola panas ada di Menhukham, Amir Syamsudin tentunya akan mempertimbangkan berbagai hal, termasuk prosedur normatif. Paling tidak, sekarang Corby belum bisa pulang ke Australia dan bisa dijebloskan kembali ke penjara. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline