Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Banjir... Salah Ahok, Jokowi, Atau Kita ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedia payung sebelum hujan ...yaa peribahasa ini sepertinya sudah tidak berlaku untuk kasus hujan di daerah Jakarta, hujan yang terus menerus mengguyur daerah Jabodetabek, membuat sebagian besar daerah Ibu Kota Jakarta seperti kolam, dengan air yang hitam pekat menimbulkan bau yang kurang sedap. Berdasarkan informasi yang didapat dari website resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Jabodetabek masih akan diguyur hujan selama dua hari ke depan, 10 dan 11 Februari 2015. Namun sejauh ini belum ada peringatan antisipasi peringatan dini waspada bencana.

Hal ini mengusik Kepala Negara untuk membicarakan terkait banjir yang selalu melanda Ibu Kota tersebut, Presiden Jokowi akan mengundang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk membahas penanganan dan pencegahan banjir yang terjadi di Jakarta termasuk di Istana Kepresidenan. Menurut Presiden, banjir di Jakarta akan banyak terkurangi jika terowongan Ciliwung menuju Banjir Kanal Timur (BKT) selesai dibangun.

"Selain itu, tahun ini juga sesuai yang saya sampaikan, akan dimulai pembangunan dan pembebasan tanah untuk waduk yang di Ciawi Bogor," katanya. http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/02/10/njj2un-jokowi-undang-ahok-bahas-banjir
Sepertinya tidak hanya memanggil Gubernur DKI saja, seharusnya sudah ada rencana kerja untuk menanggulangi banjir tersebut, sekarang waktunya eksyen bukan waktunya rapat, masalah banjir ini menjadi trending topik dibeberapa media sosial, karena banyak merugikan baik itu pemerintah maupun pihak swasta.

Mungkin inilah waktunya kita berbenah diri, dari mulai cara membuang sampah, daerah aliran sungai yang harus bebas bangunan, dan juga semacamnya. Bisa jadi ini adalah teguran dari Sang Pencipta supaya para elite politik untuk saling menghargai, tidak seperti sekarang ini, pemandangan yang ada dan disuguhkan kepda masyarakat awam hanya ribut dan ribut hanya untuk meperebutkan jabtan saja, masing-masing merasa benar. Sebagai Kepala Negara dan Panglima Tertinggi sudah seharusnya beliau cepat dan tanggap untuk membuat keputusan terkait perselisihan tersebut, sehingga teguran dari Sang Pencipta tidak terus menerus mengingatkan umatnya yang lupa dan tidak amanah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline