Lihat ke Halaman Asli

Transportasi Umum Berbasis Rel: Solusi atau Masalah bagi Indonesia?

Diperbarui: 22 Agustus 2023   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Transportasi umum berbasis rel merupakan salah satu sub isu yang digulirkan dalam gerakan Jejak Anak Muda Indonesia. Gerakan ini digagas oleh Ksatria Airlangga untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui akselerasi kajian Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu tujuan dari SDGs adalah menciptakan kota-kota yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan (SDG 11). Dalam hal ini, transportasi umum berbasis rel dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara serta kemacetan lalu lintas yang menjadi permasalahan utama di kota-kota besar di Indonesia. Namun, apakah transportasi umum berbasis rel benar-benar efektif dan efisien untuk diterapkan di Indonesia? Apakah transportasi umum berbasis rel menjadi prioritas bagi masyarakat Indonesia yang masih banyak menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka?

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki luas wilayah sekitar 1,9 juta km2 dan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa. Kepadatan penduduk Indonesia mencapai 141 jiwa per km2, dengan mayoritas penduduk (56%) tinggal di daerah perkotaan. Menurut data Bank Dunia, transportasi umum berbasis rel di Indonesia hanya memiliki panjang lintas sekitar 6.000 km, dengan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Hanya 24% dari total populasi Indonesia yang memiliki akses ke transportasi umum berbasis rel, sedangkan sisanya masih mengandalkan kendaraan pribadi atau transportasi umum lainnya seperti bus dan angkutan kota. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat polusi udara dan kemacetan lalu lintas di kota-kota besar di Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2019, rata-rata waktu tempuh perjalanan harian di Jakarta mencapai 74 menit, dengan rata-rata kecepatan kendaraan hanya 11 km per jam.

Pembangunan transportasi umum berbasis rel di Indonesia memerlukan biaya yang sangat besar dan waktu yang sangat lama. Menurut data Kementerian Perhubungan, untuk membangun satu kilometer rel kereta api membutuhkan biaya sekitar Rp 100 miliar dan waktu sekitar dua tahun. Selain itu, pembangunan transportasi umum berbasis rel juga menghadapi banyak kendala, seperti keterbatasan lahan yang tersedia, perizinan yang rumit, konflik sosial dengan masyarakat sekitar, dan masalah teknis lainnya. Sebagai contoh, pembangunan MRT Jakarta yang dimulai pada tahun 2013 baru dapat beroperasi pada tahun 2019, dengan biaya mencapai Rp 16 triliun untuk fase pertama yang hanya memiliki panjang lintas sekitar 16 km.

Pembangunan transportasi umum berbasis rel di Indonesia juga tidak dapat menjamin pemerataan akses transportasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Banyak daerah-daerah terpencil yang tidak dapat dijangkau oleh transportasi umum berbasis rel karena keterbatasan infrastruktur atau kondisi geografis. Selain itu, banyak masyarakat yang tidak membutuhkan atau tidak tertarik untuk menggunakan transportasi umum berbasis rel karena alasan-alasan tertentu, seperti biaya, jarak, waktu, kenyamanan, atau kebiasaan. Data Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa pada tahun 2019, tingkat penggunaan MRT Jakarta hanya mencapai 65% dari target yang ditetapkan, yaitu 173 ribu penumpang per hari.

Oleh karena itu, pembangunan transportasi umum berbasis rel di Indonesia bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Pemerintah harus mencari solusi yang lebih realistis dan terukur, seperti mengembangkan transportasi umum berbasis listrik yang lebih ramah lingkungan atau memperbaiki sistem transportasi umum yang sudah ada. Transportasi berbasis listrik merupakan alternatif yang lebih hemat biaya dan emisi daripada transportasi berbasis bahan bakar fosil, seperti mobil atau motor. Pemerintah juga harus memperhatikan kebutuhan dan preferensi masyarakat terkait dengan transportasi umum, serta memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya menggunakan transportasi umum bagi lingkungan dan kesehatan. Harapan kami adalah agar Indonesia dapat memiliki sistem transportasi umum yang aman, nyaman, terjangkau, dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakatnya.

Referensi:

1.Tempo. (2019). Angkutan Berbasis Rel Dikembangkan di Enam Kota. Diakses dari Angkutan Berbasis Rel Dikembangkan di Enam Kota - Peristiwa - koran.tempo.co

2.Kompasiana. (2023). Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia. Diakses dari Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia - Kompasiana.com

#Amerta2023  #KsatriaAirlangga   #UnairHebat   #AngkatanMudaKsatriaAirlangga   #BanggaUNAIR #BaktiKamiAbdiUntukNegeri

#Ksatria 10_Garuda 26    #ResonasiKsatriaAirlangga    #ManisfestasiSpasial    #GuratanTintaMenggerakkanBangsa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline