Lihat ke Halaman Asli

Irpanudin .

TERVERIFIKASI

suka menulis apa saja

Erick Thohir, Harapan Memupus Mimpi Buruk Sepakbola

Diperbarui: 10 Februari 2023   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar:kompas.com

Sepakbola olahraga paling populer di Indonesia, tapi sepakbola Indonesia seperti mimpi.

Mimpinya bagus: timnas Indonesia berprestasi di kancah dunia, mencapai final piala dunia, membangun industri sepakbola, memiliki kompetisi berkelas dan berkualitas, atau menghasilkan pemain sekelas Lionel Messi. Tetapi realitanya, sekedar mimpi untuk menjadi tontonan yang sehat dan menghibur pun tidak terwujud. Yang ada rangkaian mimpi buruk yang tidak pernah berujung.

Ya,... sepakbola Indonesia adalah penghasil mimpi buruk.

Tawuran suporter, gaji pemain yang tidak dibayar, perkelahian pemain, pengeroyokan wasit, kasus pengaturan skor, hingga buruknya penanganan massa yang menyebabkan kematian penonton sepakbola nasional. Itu bukan berita baik, melainkan horor dari dunia sepakbola yang kerap menghiasi berita media massa.

Mimpi buruk itu sekedar diberitakan, dibahas, dijanjikan untuk dibenahi, tak lama berselang terulang kejadian yang lebih besar. Bahkan intervensi pemerintah dan sanksi FIFA tidak menjadikan sepakbola indonesia berkaca dan berbenah.

Jangan dulu bicara prestasi, nyawa manusia di tataran sepakbola Indonesia hal yang tidak berharga. Tragedi Kanjuruhan masih segar dalam ingatan, menjadi rekor dunia yang tidak dapat dibanggakan dengan korban ratusan jiwa.

Namun dari pola yang terjadi sebelumnya, kasus kanjuruhan tidak akan menjadi titik mula perbaikan. Tidak lama lagi tragedi itu akan sekedar menjadi catatan, yang tertumpuk debu di sudut ruang arsip. Terlupakan,..... untuk kemudian terulang lagi.

Sulit untuk menunjukkan siapa yang seharusnya bertanggung-jawab atas mimpi buruk tanpa akhir di dunia sepakbola Indonesia. Panitia penyelenggara menggelengkan kepala, pihak keamanan angkat bahu, klub menghindar, apalagi ketika PSSI mengelak, suporter pun kebingungan.

Ratusan orang meninggal dengan cara konyol, anehnya tidak ada yang merasa bertanggungjawab.

Pertunjukan sepakbola sistem rumit yang melibatkan banyak pihak. Budaya untuk mencari pihak yang paling mudah disalahkan sebetulnya tidak akan menghasilkan solusi apa pun. Tidak akan ada titik pangkal dan hasil yang positif hanya dengan menunjuk kambing hitam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline