Lihat ke Halaman Asli

Irpanudin .

TERVERIFIKASI

suka menulis apa saja

Bergulat dengan Banteng dan Beruang, Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

Diperbarui: 31 Juli 2019   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

blogcomp menjaga stabilitas sistem keuangan (Sumber: Kompasiana)

Bagi orang dengan penghasilan pas-pasan seperti saya, investasi saham seperti sebuah mimpi yang mustahil. Bagaimana tidak? Investasi saham identik dengan sekoper uang ratusan ribu. Alias, hanya orang super kaya yang bisa memiliki lembaran surat berharga dalam bentuk saham.

Belum lagi imej tentang investasi saham yang disamakan dengan judi, karena resiko investasinya sangat tinggi. Cerita tentang orang kaya yang mendadak jatuh miskin gara-gara harga saham yang dibeli dengan kekayaannya anjlok drastis, merupakan cerita yang populer di masyarakat.

Saya berkenalan dengan dunia saham sekitar 2 tahun silam, setelah membaca informasi tentang Sekolah Pasar Modal (SPM) yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia. Didorong rasa ingin tahu, saya mengikuti SPM sambil mengisi waktu luang.

Pendaftaran SPM dilakukan secara daring. Ada dua SPM yang bisa kita ikuti, yaitu SPM umum dan SPM Syariah, dengan jadwal yang dapat dipilih sesuai waktu yang kita miliki.

Menurut pandangan pribadi saya, SPM dan SPM Syariah tidak jauh berbeda. Perbedaannya, pada SPM Syariah kita dikenalkan saham-saham perusahaan yang tidak terkait dengan produk haram seperti perusahaan bir, dan melakukan kegiatan yang tidak dilarang agama Islam dan aspek-aspek syariah di bursa saham.

kelas SPM ( gambar: sekolahpasarmodal.com)

Dari mengikuti SPM itulah saya belajar dan memperoleh lebih banyak informasi mengenai dunia saham. Ternyata ada banyak kesalahpahaman dan pandangan keliru mengenai saham.

Kesalahpahaman yang pertama:  investasi saham tidak eksklusif untuk kalangan tertentu. Pada dasarnya setiap orang, dari kalangan apa pun, profesi apapun, sampai tukang ojek sekali pun, dapat membeli saham. 

Selama orang itu mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli saham. Artinya tidak hanya orang yang memiliki ratusan miliar atau  kalangan menengah ke atas yang dapat memiliki saham suatu perusahaan.  

Kedua, investasi saham bukanlah judi karena setiap investasi pada dasarnya berresiko. Termasuk investasi saham, memiliki resikonya sendiri. 

Ada seni seni mengelola resiko bagi mereka yang melakukan investasi saham, seperti memahami perilaku pasar, membaca iklim ekonomi dan melakukan prediksi perubahan pasar.

Ketiga, membeli saham tidak harus dalam jumlah besar dan mengeluarkan uang bermilyar-milyar. Satu lot saham di BEI saat ini berjumlah 100 lembar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline