Siapa sangka perusahaan yang tahun 2015 lalu pendapatan usahanya menyumbang 1,6% dari Rp. 11.540 trilliun PDB Indonesia, di awal pendiriannya 60 tahun lalu hanya perusahaan dagang penjual minuman dan hasil bumi. Meski pendapatan tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp. 201,7 triliun, atau Rp. 193,9 di tahun 2013, Rp. 184 triliun pendapatan Astra Internasional di tahun 2015 lebih dari sekedar representasi angka statistik. Secara riil Astra menggerakkan ekosistem ekonomi bernilai beberapa kali lipat dari itu.
Baik langsung maupun tidak langsung, setiap masyarakat Indonesia merasakan peran Astra dalam kehidupan. Misalnya, 7 dari 10 motor yang melintas di jalan raya negara kita ber-merk Honda, yang diproduksi dan dipasarkan Astra Honda Motor. Sementara itu, sedikitnya 6 dari 10 mobil berbagai tipe yang melintas jalan raya di antaranya Toyota, Daihatsu, Isuzu, BMW, Lexus, Nissan Diesel, sebagian produksi dan pemasarannya berada di bawah naungan Astra. Berkat alih teknologi, Astra yang mulanya hanya berperan sebagai agen penjualan, juga turut merancang dan memproduksi sebagian produk otomotif dan suku cadangnya. Kijang Innova misalnya, produk rancangan original Astra, sudah mampu diekspor ke negara tetangga.
Sekarang mari perhatikan sebuah sepeda motor produksi Astra. Puluhan komponen terrakit di dalam sepeda motor Honda, dari blok mesin, piston, rangka kendaraan, ban, velg, jok, body, kabel, busi, peredam kejut, klakson, tangki bahan bakar, belt, rem, rantai, hingga komponen kecil semacam seal, baut, mur, dan lampu-lampu. Beberapa komponen diproduksi oleh Astra beserta anak perusahaannya, demi menjaga mutu. Tetapi tidak semua komponen tersebut dibuat oleh Astra, sebagian diproduksi oleh perusahaan pemasok di luar grup Astra.
Melalui perannya di lini produksi dan pemasaran, Astra menggerakkan industri hulu seperti perkebunan karet dan pertambangan, yang bahan-bahan mentah dan olahannya dipakai oleh Astra dan pabrik pemasoknya. Demikian halnya saat sebuah sepeda motor sudah selesai diproduksi, ada perusahaan pembiayaan yang bisnisnya berputar berkat penjualan produk Astra. Lalu ketika sepeda motor sudah di sampai di tangan pemiliknya, ada tukang ojek yang menghidupi keluarganya, ada petani yang pagi buta menggunakan sepeda motor mengantarkan hasil bumi-nya ke pasar, ada ayah yang mengantar anak ke sekolah, mengantar istri ke pasar, sebelum berangkat bekerja.
Bisa dibayangkan berapa banyak perusahaan, pabrik, karyawan, keluarga dan individu yang kehidupan dan penghidupannya tergantung dari Astra? Meski pun yang resmi tercatat sebagai karyawan grup Astra tahun 2015 sebesar 221.046 orang, sejatinya buah manis dari pohon Astra tidak dinikmati semata-mata oleh orang yang bekerja di Astra.
Walau pun identik dengan otomotif, peran Astra di dunia industri dan pembangunan negara lebih besar dari dunia otomotif. Jika kita menyempatkan diri memperhatikan pembangunan infrastruktur, pertambangan, kehutanan dan property, ada alat-alat berat dengan merk Komatsu, Scania, Bomag, UD Trucks dan Tadano, yang digunakan oleh sekitar 36% konsumen alat berat Indonesia. Sebagian produksi nama-nama produk tersebut dilakukan oleh perusahaan grup Astra dan didistribusikan United Tractors, yang juga berada di bawah naungan Astra.
Tanpa dukungan alat berat tidak mungkin pembangunan infrastruktur berjalan lancar, artinya Astra secara langsung memiliki andil yang tidak kecil dalam pembangunan infrastruktur Indonesia. Belum terhitung peran usaha Astra di berbagai bidang lain, seperti perbankan, asuransi, logistik, teknologi informasi, perkebunan, dan property, menambah daftar panjang sumbangsih bisnis Astra untuk Indonesia.
Satu pertanyaan mengemuka. Apa yang membuat Astra, sejak berdiri 1957, tidak hanya bertahan melewati pasang surut ekonomi, tetapi mampu tumbuh dan berkembang pesat menjadi sebuah perusahaan yang sangat kuat dan disegani? Jawaban pertanyaan tesebut ada pada konsumen produk Astra.
Dekade ini, ketika konsep “Consumer Driven Company” didengungkan oleh konseptor bisnis dan guru marketing, butir ke dua Catur Dharma Astra yang berbunyi “Memberikan Pelayanan Terbaik Kepada Pelanggan” telah menjadi ruh Astra sejak 60 tahun lalu. Dari spirit melayani itulah Astra memberdayakan sumberdaya manusia yang berkomitmen memberi pelayanan terbaik kepada konsumen, dari puncak manajerial hingga pegawai lapangan.
Spirit pelayanan terbaik yang tumbuh di setiap lini, membuat merk-merk produk dan jasa di bawah naungan Astra meraih kepercayaan konsumen, selain karena produk berkualitas terutama berkat pelayanan purna jualnya. Hal-hal seperti kemudahan mendapat suku cadang, keramahan dan kecepatan memberi solusi saat melayani pengaduan, atau bengkel service resmi yang tersebar di setiap kota di Indonesia, adalah sebagian kecil hal yang memikat konsumen memilih produk-produk Astra.
Jiwa yang berorientasi pada pelayanan pelanggan tersebut tentu tidak tumbuh begitu saja di dalam tubuh sebuah perusahaan. Astra menghargai setiap sumberdaya manusia di dalamnya, secara rutin melakukan pembinaan untuk memperkuat kerjasama internal. Siapa pun yang bekerja di Astra akan merasa berada dalam sebuah keluarga besar yang saling mendukung untuk mencapai kemajuan bersama. Tidak cuma saat masih bekerja setelah purna tugas pun karyawan Astra juga diberikan jaminan hari tua melalui Dana Pensiun Astra, yang dikelola secara profesional sebagai perusahaan mandiri, agar karyawan Astra bisa menikmati kehidupan yang sejahtera di hari tuanya. Sehingga menjadi sebuah kebanggaan untuk bekerja dan menjadi bagian dari keluarga besar Astra.