Lihat ke Halaman Asli

Irpanudin .

TERVERIFIKASI

suka menulis apa saja

Menumbuhkan Spirit Kota Cerdas Hemat Energi

Diperbarui: 4 April 2017   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2013 menunjukan sekitar 87,8% dari total 216.188 gigawatt hour (GWh) produksi listrik Indonesia berasal dari sumber energi tidak terbarukan, dengan komposisi 51,4% batubara, 24% gas alam dan 12,4% minyak. Pada saat yang sama seiring peningkatan tren konsumsi energi, terjadi penurunan produksi migas nasional. Karena itu diperkirakan dalam 10-15 tahun ke depan Indonesia akan mengalami krisis listrik. Data yang sama juga mencatat bahwa pada tahun 2013 pengguna rumah tangga merupakan konsumen terbesar listrik dengan jumlah konsumsi 41,17%, atau sebesar 77.211 GWh.

Terkait sebuah studi yang menunjukkan 80% pemborosan energi listrik disebabkan oleh faktor manusia, sedikit perubahan kebiasaan menggunakan alat-alat listrik rumah tangga dapat berpengaruh signifikan pada penghematan listrik. Bayangkan jika setiap individu menjalankan praktik hidup hemat listrik dan mencapai potensi penghematan hingga 15% konsumsi listrik nasional. Nilai itu lebih dari konsumsi minyak untuk produksi listrik nasional selama 1 tahun.

Namun demikian, membangun masyarakat hemat energi bukanlah perkara mudah. Butuh upaya keras untuk menumbuhkan kesadaran hemat energi di masyarakat. Dalam kaitannya dengan tata kelola energi, konsep Smart City (Kota Cerdas) dapat memberikan andil besar menumbuhkan semangat hemat listrik di masyarakat. Salah satu kendala minimnya kesadaran hemat listrik adalah tidak adanya faktor kendali internal dalam masyarakat.

Sebuah presentasi sederhana dalam Smart City, seperti penyajian data penggunaan listrik lingkungan, dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran hemat listrik tadi. Anggaplah setiap kota dibagi-bagi dalam blok. Dengan penggunaan teknologi dan pengolahan data Smart City, pada setiap blok tersebut bisa dihitung konsumsi rata-rata energi listriknya. Data rata-rata penggunaan listrik tersebut kemudian didampingkan dengan tagihan listrik setiap rumah dalam blok tersebut, sehingga dari data tadi setiap orang bisa melihat apakah penggunaan listriknya berada pada rata-rata atau berlebihan. Harapannya melalui penyajian tersebut tersebut ada keterlibatan masyarakat, dan timbul kesadaran internal individu untuk lebih memperhatikan dan membandingkan penggunaan listrik sehari-hari dengan lingkungannya.  Pemakaian listrik sistem token yang beberapa waktu belakangan digulirkan PT PLN dapat lebih efektif dalam menjalankan program semacam ini dengan penyajian data pembelian token listrik dan rata-rata penggunaannya untuk setiap kawasan. Dengan kepadatan penduduk Indonesia yang menghuni kota atau daerah penyangga kota mencapai 60%, program penghematan energi di perkotaan sangat strategis dalam menurunkan konsumsi listrik rumah tangga nasional.

Tanpa meninggalkan upaya lain seperti kampanye berkesinambungan, penyebaran brosur, iklan hemat energi, atau melalui pendidikan di sekolah, program yang mampu menyentuh setiap individu memiliki posisi penting. Melalui program sederhana tetapi menyentuh setiap pribadi, banyak hal yang bisa dilakukan Smart City untuk membantu tumbuhnya kesadaran agar masyarakat lebih mempedulikan masa depan. Kesadaran bahwa tidak semata-mata mampu membayar listrik lalu setiap orang berhak menggunakan energi listrik sebebas mungkin tanpa batasan. Kesadaran bahwa energi listrik sangat terbatas dan jika terus diboroskan hari ini tidak ada yang tersisa untuk kehidupan di masa depan.  Juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kita lebih beruntung bisa menikmati listrik berlimpah, sementara di saat yang sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di tahun 2014 menyebutkan sekitar 19,5% penduduk Indonesia, atau sekitar 50 juta orang, belum menikmati listrik.

Dengan tumbuhnya kesadaran tadi diharapkan timbul aksi dari setiap orang untuk menggunakan listrik hanya sesuai kebutuhan, sehingga mampu mengerem laju pemborosan energi secara nasional. Melalui itu gaung Smart City tidak cuma menciptakan sebuah kota cerdas, tapi menjadikan masyarakatnya lebih cerdas energi. Bahkan tidak hanya energi, hal yang sama juga dapat diterapkan pada konsumsi air atau jumlah sampah yang dihasilkan suatu kawasan, guna meminimalisir kedua hal tersebut . Masyarakatlah yang sejatinya menentukan kemajuan sebuah wilayah, bukan teknologi, alat, atau indeks penilaian. Maka hanya dengan dibarengi program-program cerdas yang menumbuhkan kesadaran dan melibatkan partisipasi masyarakat konsep Kota Cerdas Indonesia dapat membuat perubahan, dan bukan menjadi sekedar seremonial teknologi.

Bogor , 24 Mei 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline