Lihat ke Halaman Asli

Dea Florentina

Wartawan Pemula

Peran Orang Tua Membentuk Masa Depan Anak

Diperbarui: 18 Desember 2024   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kegiatan

Fasilitator Puspaga Kecamatan Wiyung menyelenggarakan Puspaga Goes to Community di Balai RW II Kelurahan Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung dengan pesertanya adalah wali murid. Dalam kegiatan ini Fasilitator Puspaga Kecamatan Wiyung diakomodasi oleh Muhammad Randy Pradika Rakasiwy. Dalam kegiatan ini Fasilitator Puspaga berbagi informasi mengenai peran orang tua dalam membentuk masa depan anak.

Masa depan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan lingkungan yang diciptakan oleh orang tua. Psikologi perkembangan menggarisbawahi bahwa hubungan emosional, pola komunikasi, dan strategi pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua memiliki dampak jangka panjang terhadap pembentukan kepribadian, keterampilan sosial, dan kemampuan anak untuk menghadapi tantangan kehidupan. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana peran orang tua dapat membentuk masa depan anak dari sudut pandang psikologi, dengan menyoroti aspek emosional, kognitif, dan sosial.  

Menurut teori attachment yang dikembangkan oleh John Bowlby, hubungan emosional awal antara anak dan orang tua membentuk dasar bagi perkembangan emosi dan kepercayaan diri anak. Attachment yang aman, di mana anak merasa dicintai dan didukung, membantu anak mengembangkan rasa aman dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, pola asuh yang penuh dengan kritik, pengabaian, atau kekerasan dapat memicu attachment tidak aman, yang sering kali berujung pada masalah emosional seperti kecemasan, depresi, atau sulitnya membangun hubungan interpersonal di masa dewasa.  

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki secure attachment dengan orang tua cenderung lebih percaya diri, memiliki kemampuan mengelola stres dengan baik, dan mampu menghadapi perubahan hidup secara adaptif. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya orang tua hadir secara emosional dalam kehidupan anak, terutama di tahun-tahun awal kehidupan.  

Dalam konteks pola asuh, Randy menyampaikan tiga gaya utama yang memengaruhi perkembangan anak:  

  • Otoritatif: Pola asuh ini ditandai dengan kombinasi kontrol yang tegas dan kasih sayang. Orang tua otoritatif menetapkan aturan yang jelas tetapi tetap fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan sosial yang baik.  
  • Otoriter: Pola asuh ini lebih berfokus pada kontrol ketat tanpa mempertimbangkan kebutuhan emosional anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter sering kali patuh, tetapi kurang percaya diri dan cenderung mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan.  
  • Permisif: Orang tua permisif cenderung membiarkan anak bertindak sesuka hati tanpa memberikan batasan yang jelas. Anak dengan pola asuh ini sering kali kurang disiplin, sulit mengontrol emosi, dan memiliki tingkat tanggung jawab yang rendah.  

Psikolog perkembangan menekankan bahwa pola asuh otoritatif adalah yang paling efektif dalam membentuk kepribadian anak yang sehat. Pendekatan ini memungkinkan anak belajar tentang batasan sambil merasa dihargai, yang pada akhirnya membangun keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

Dokumentasi Kegiatan

Kecerdasan emosional 

Fasilitator Puspaga membahas lebih dalam bahwa emotional intelligence adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Daniel Goleman, seorang psikolog terkemuka, menyebutkan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran yang lebih penting daripada kecerdasan intelektual IQ dalam menentukan kesuksesan seseorang.  

Orang tua memiliki peran besar dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak melalui:  

  • Menjadi Teladan: Anak cenderung meniru cara orang tua mengelola emosi mereka. Jika orang tua menunjukkan kesabaran, empati, dan kemampuan mengelola konflik dengan baik, anak akan belajar melakukan hal yang sama.  
  • Mendengarkan dengan Empati: Ketika anak merasa didengar, mereka akan lebih terbuka untuk membicarakan emosi mereka, yang membantu mereka mengenali dan mengelola perasaan mereka.  
  • Memberikan Dukungan Emosional: Anak yang didukung dalam menghadapi stres atau tantangan akan merasa lebih percaya diri untuk mengatasi situasi sulit di masa depan.  
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline