Lihat ke Halaman Asli

Dea Ardhia

S1 perencanaan Wilayah dan Kota - UNEJ

Analisis Industri Pengolahan Salak dengan Teori Alfred Weber

Diperbarui: 21 Maret 2021   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lumajang, adalah salah satu kabupaten yang berada di jawa timur yang memiliki potensi di bidang pertanian. Komoditas kabupaten ini yaitu diantaranya buah salak, dan buah pisang. Hal ini membuat lumajang di kenal sebagai kota pisang. Namun tidak hanya pisang saja, salak pun juga mendominasi komoditas penduduk lumajang. 

Contohnya di kecamatan pronojiwo, kecamatan pronojiwo merupakan salah satu kecamatan di kabupaten lumajang yang terkenal dengan daerah penghasil salak kualitas tinggi. Petani salak di kecamatan pronojiwo menjual salaknya kepada pengepul lalu salak tersebut di kirim ke berbagai kota. penduduk kecamatan pronojiwo juga tidak hanya menjual salak dalam bentuk buah yang baru di panen saja. Namun mereka juga mengolah salak tersebut menjadi beberapa makanan yang berbahan dasar salak. 

Beberapa penduduk memiliki home industry pengolahan salak menjadi keripik salak, kurma salak dan minumam sari salak. Beberapa home industri telah beroperasi selama 4-5 tahun. Meskipun hanya beberapa tahun produksi mereka mampu menembus pasar yang cukup luas. 

Di dalam menghasilkan produk makanan berbahan dasar salak ini para pelaku industri kecil tersebut berusaha menggunakan bahan baku yang berkualitas. Para pelaku industri kecil tersebut memasok bahan baku salak tersebut dari petani yang juga berada di kecamatan yang sama yaitu kecamatan pronojiwo. salak yang di produksi dari petani yang berada di kecamatan pronojiwo memiliki bentuk yang besar, kadar airnya banyak, dan juga rasanya manis.

Teori Alfred Weber yaitu teori lokasi biaya minimum. Alfred Weber analisis tentang lokasi industri. Pemilihan lokasi industri yang di kemukakan oleh Weber didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada biaya total transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. 

Selain dua faktor tersebut, ada faktor ketiga yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri yang dikemukakan oleh weber yaitu faktor aglomerasi atau deagglomerasi. Kekuatan aglomerasi atau deagglomerasi merupakan kekuatan lanjutan yang berpengaruh menciptakan konsentrasi atau pemencaran berbagai kegiatan dalam ruang (Tarigan, 2009:140-1).

Secara mudahnya teori lokasi Alfred Weber ini yaitu memaksimalkan keuntungan melalui penempatan lokasi produksi di antara lokasi pasokan bahan baku dengan lokasi pemasaran produk hasil. Sehingga distribusi barang menjadi lebih mudah sehingga mendapatkan untung yang maksimal. Sehingga di dapatkan rumusan dari teori ini yaitu bahan baku, jarak dan biaya transportasi.

Ketika teori lokasi oleh Alfred Weber ini di aplikasikan pada industri pengolahan makanan dengan berbahan baku salak ini maka akan diketahui mengenai penetapan lokasi industri dengan analisis melalui 3 faktor rumusan dari teori Alfred Weber. 

Bahan baku dari industri ini berasal dari kecamatan atau wilayah yang sama dengan lokasi industri pengolahannya. Dan untuk pemasaran pun penduduk juga membuat kios-kios oleh-oleh khas pronojiwo yang juga berada di lokasi yaitu kecamatan Pronojiwo. sehingga mengenai biaya transport yang di tempuh dari pemasok barang menuju ke tempat pengolahan kemudian dari tempat pengolahan menuju ke tempat pemasaran produk jaraknya relative dekat. 

Dengan begitu dapat menekan biaya transport. Juga mengenai harga bahan baku yang di ambil langsung dari petani sehingga mendapat harga yang murah dan mudah di dapatkan. Sehingga dari penjelasan di atas maka penempatan lokasi industri pengolahan makanan berbahan baku salak dan lokasi bahan baku serta lokasi pemasaran produk semuanya memiliki jarak yang berdekatan satu dengan yang lain. Sehingga industri pengolahan makanan berbahan baku salak ini pun dirasa sudah tepat. Karena dalam pengambilan bahan baku, pengolahan dan pemasaran cukup menekan harga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline