Apa yang lebih indah dari dua mata yang indah, dengan 1 pasang kaca tersemat di kedua mata, tak ada yang mampu menandingi kekuatan tenangnya jika dilihat, semua tampak cerah habis paling dari matanya.
Apa itu masalah?, apa itu rintangan?, semuanya terlewati dan semuanya luntur, lelah hilang tak teratur, karena sorotan mata itu yang melebur, tak ada penat dan letih, semua habis terkubur, hanyut dalam tatap, yang tenang tak terukur.
Melihat itu bagai sebuah kaca, yang hanya tembus tak memantulkan cahaya, tak terlihat isinya, tapi bersinar ruang di kepalanya, mampu melarikan gurau sendanya, untuk sandar pikiran orang yang di cinta.
Hembusan angin pun hampir setara, dengan dinginnya sorot mata, tak hilang dan selalu berbekas pada aksara, semua ini nyata dan benar ada, tak terbilang apa yang ada, tapi sejujurnya, memang dingin dan begitu nyaman Dimata.
Sekali tatap itu tajam tak percaya, siapa yang mampu mengeluarkan dusta, tapi nyatanya jujur pun membuatnya tak percaya, jika ada di sudut dunia, hamparan bukit berbaris di Utara, hijaunya membuat gemerlap mata, langitnya menguatkan raga, udaranya menghangatkan jiwa. Itulah yang terlukis dalam tatapnya.
anehnya, tak perlu jauh sampai ke Utara, semua ada didalam matanya, semua berpadu bagai lukisan yang tenang, tak ada dua walaupun ratusan bentuk dibariskan sejajar, tetapi itulah pemenangnya.
Penulis : Dea Ananda Putra Sitorus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H