Lihat ke Halaman Asli

Chinintya Widia Astari

Pecandu Insight

Cara Agar Menjadi Pendengar yang Baik

Diperbarui: 23 November 2019   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: landmarkinsights.com

Masyarakat semakin aware dengan isu kesehatan mental. Di Twitter thread mengenai kesehatan mental semakin banyak diperbincangkan. Himbauan mencari bantuan profesional, pentingnya mengikuti konseling, cara menghadapi orang yang memiliki gangguan, dan sebagainya. 

Dari berbagai macam topik seputar kesehatan mental, salah satu isu menarik yang ingin saya bahas adalah mengenai menjadi pendengar yang baik. Beberapa curhatan di media sosial yang saya baca membeberkan betapa pentingnya menjadi pendengar yang baik bagi orang-orang yang sedang membutuhkan telinga. 

Bagaimana caranya menjadi pendengar sekaligus pemberi saran yang baik? Saya akan membagikan cara yang selama ini saya anggap benar dan saya terapkan ketika teman-teman terdekat berkeluh kesah.

Sebelum mendengarkan cerita orang lain, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa diri kita siap untuk mendengarkan. Menjadi pendengar tidaklah mudah, dibutuhkan energi serta fokus yang lebih. 

Jika kondisi pendengar sedang tidak mood atau sedang kelelahan, proses mendengar bisa jadi tidak sempurna, kondisi yang tidak fit juga bisa memengaruhi cara pendengar merespon sebuah cerita. 

Setelah siap menjadi pendengar, hal lain yang harus diperhatikan adalah kebutuhan pencerita. Apakah ia hanya ingin didengarkan atau mencari sebuah solusi? Orang-orang yang datang hanya untuk bercerita sering kali merasa terganggu dengan saran yang diberikan oleh pendengar dan saran tersebut akan dengan mudahnya ditolak dengan atau tanpa disadari. 

Apa yang bisa dilakukan ketika mendengarkan keluh kesah pencerita? 

Hal paling utama yang harus dilakukan adalah mendengarkan. Jangan berfokus pada reaksi apa yang ingin dimunculkan, saran apa yang ingin diajukan, atau memikirkan tanggapan terbaik apa yang bisa diberikan setelah orang tersebut selesai bercerita. 

Fokus pendengar adalah mendengarkan. Active listening dibutuhkan agar pendengar memahami konteks permasalahan yang sedang dijabarkan. Sebelum menanggapi atau memberikan saran, alangkah lebih baiknya pendengar memastikan bahwa konteks permasalahan yang disampaikan pencerita sudah sesuai dengan yang dipahami pendengar. 

"Oh.. jadi karena pacar lo update kayak gitu, lo jadi mikir dia selama ini selingkuh ya?" atau "gue nangkepnya lo mikir dia selingkuh ya?" kalimat seperti ini memberikan kesan bahwa pendengar benar-benar memahami cerita yang telah disampaikan. 

Selain itu, jika pendengar salah dalam mentafsirkan cerita, pencerita dapat menjelaskan kembali inti dari keluh kesahnya, sehingga tidak ada kesalahpahaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline