Lihat ke Halaman Asli

Hormati dan Sayangi Kedua Orang Tua Kita Selagi Masih Ada

Diperbarui: 23 Februari 2016   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata “orang tua” pasti kita langsung teringat Bapak Ibu kita, ada juga yang menyebut Ayah Ibu, Papa Mama, Abi Ummi, Papi Mami, dan masih banyak lagi sebutan lain untuk memanggil orang tua. Kasih sayang mereka begitu luar biasa. Sejak kita lahir hingga dewasa seperti sekarang ini. Tak pernah bosan menasehati jika kita membuat kesalahan, tak pernah lelah merawat kita saat sakit, tak henti-hentinya mendo’akan dalam setiap sholatnya, tanpa kenal lelah mencari nafkah untuk mencukupi segala kebutuhan kita, menyekolahkan kita setinggi-tingginya agar bisa menjadi kebaggaan mereka kelak, dan masih banyak lagi kasih sayang orang tua kita yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Selama sembilan bulan ibu mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Kemudian menyusui selama dua tahun lamanya. Malam hari saat enak-enaknya tidur, tiba-tiba kita merengek minta ASI atau mungkin popok kita basah. Belom lagi kalau kita sakit, siang malam kita merengek untuk terus minta digendong. Tidur pun tetap minta digendong tanpa mau tahu kalau Ibu kita sudah sangat lelah dan mengantuk. Namun demi anaknya yang sangat disayangi, Ibu tanpa pamrih melakukan semua itu semata-mata agar anaknya merasa nyaman dan aman. Benar saja jika ada pernyataan “surga di telapak kaki Ibu”. Karena jasa-jasanya yang begitu besar sehingga patut jika ada pernyataan seperti di atas tadi.
Dalam surat Luqman ayat 14 disebutkan bahwa:

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbut baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

Ibu adalah wanita luar biasa yang telah dikirim Allah SWT untuk mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan kita di dunia ini. Tanpanya kita tidak akan pernah menikmati indahnya dunia yang fana. Madrasah pertama sebelum kita memasuki sekolah adalah ibu kita sendiri. Ibu yang hebat adalah yang melahirkan generasi-generasi yang lebih baik darinya. Makanya kita harus lebih hebat dari ibu kita. Wanita memerlukan pendidikan yang baik bukan untuk meraih gelar yang tinggi atau agar mendapatkan pekerjaan yang bagus, tetapi yang lebih penting adalah agar bisa melahirkan generasi-generasi yang unggul.

Ayah kita adalah sosok paling tangguh yang dikirimkan Allah SWT untuk menjaga kita, mencarikan nafkah untuk kita, serta memenuhi segala kebutuhan hidup dan pendidikan kita. Ayah adalah sosok laki-laki tertampan yang pernah kita temui. Kelak jika kita telah menemukan pangeran dalam hidup kita (re:pasangan hidup), ayah tetaplah menjadi rajanya. Tak kenal panas, tak kenal hujan, tak kenal lelah, tak kenal letih, ayah selalu bekerja keras demi memenuhi keinginan anaknya serta mencukupi segala kebutuhan kita. Hargai kerja kerasnya untuk menyekolahkan kita setinggi-tingginya. Saat kita malas untuk belajar, ingatlah betapa perjuangannya sangat hebat.

Dulu saat sekolah kita masih dekat dengan rumah, mungkin kita pernah bosan mendengar omelan-omelan ibu kita, ayah kita, adek kita yang mungkin suka menjahili, dan lain-lain. Pernah terbesit keinginan untuk sekolah yang jauh sehingga terbebas dari semua itu. Ingin bebas bermain tanpa ada yang marah-marah, jika punya mainan baru atau apa pun tak perlu bingung menyembunyikan dari tangan jahilnya adik, mau bangun siang saat hari libur juga tidak ada yang mengganggu dan ngomel-ngomel. Hari pertama saat kita masuk sekolah yang jauh dari rumah, mungkin kita sangat senang. Karena kita merasa bebas melakukan semuanya tanpa ada gangguan. Tapi lama kelamaan pasti kita akan sangat rindu dengan omelan-omelan ibu dan ayah kita, adik yang suka jahil, dan adek yang suka rebutan mainan. Bagaimanapun rumah adalah surga dunia yang kita miliki. Tempat ternyaman untuk disinggahi. Tempat pulang kita untuk mencurahkan segala kerinduan, kegundahan, dan kegalauan.

Mulai detik ini, saat ini, kalau kita masih menganggap ibu dan ayah kita cerewet, itu karena mereka sangat menyayangi kita. Mereka selalu ingin yang terbaik untuk kita. Mereka tidak mau anaknya terjerumus pada hal-hal yang tidak baik. Sayangi kedua orang tua kita selagi masih ada kesempatan. Kehadiran kita di rumah sangat berarti bagi mereka dibandingkan kita hanya mengirim uang saat kita telah bekerja dan berada jauh dari orang tua kita kelak. Namun jika di antara kita ada yang kurang beruntung (orang tuanya sudah dipanggil oleh Allah) maka doa’kan mereka agar senantiasa diberi kubur yang lapang, dijauhkan dari siksa kubur, dan dimudahkan segala kehidupannya di alam kubur.

Bersyukurlah bagi kita yang masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Jangan pernah menyakiti hati mereka. Jangan pernah menyia-nyiakan keberadaan mereka. Dengarkan selalu nasehatnya. Karena apapun itu nasehat orang tua adalah yang terbaik untuk kita selagi masih berada di jalur kebenaran.
Dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24 disebutkan bahwa:

Artyinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Pada intinya kita harus senantiasa menyanyangi dan menghormati kedua orang tua kita. Praktek memang tak semudah teori. Saya menulis tulisan ini bukan berarti saya sudah sangat sempurna dalam menyangi dan menghormati kedua orang tua. Tapi sebagai pengingat untuk diri saya sendiri bagaimana harus bersikap kepada orang tua. Semoga sedikit tulisan ini dapat membuka hati teman-teman semua serta diri saya sendiri. Aamiin…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline