Lihat ke Halaman Asli

djarot tri wardhono

Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Cupang dan Perilaku Hobi

Diperbarui: 2 Januari 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di penghujung tahun, di akhir masuk kerja WFO, aku disajikan para kolega keranjingan ikan Cupang. Beberapa meja mereka berhias aquarium mini. Setidaknya masing-masing meja (walau tak semua), di ikan dan "sangkar"nya. Ikan cupang, teringat, memutar waktuku ke hampir 30 tahun yang lalu. Aku hobi dengan peliharaan ikan. Salah satunya cupang. Dan di tahun 2000-an juga pernah kembali memeliharanya. Waktu itu KKP buka semacam "laboratrium" perkembangbiakan ikan hias di jalan raya bogor. Dan waktu itu aku membelinya, katanya cupang impor. Harga belum semahal sekarang, masih di bawah 100rb.

Kembali ke pembicaraan tadi. Kuikuti dengan seksama diskusi mereka. Mulai dari jenisnya. Halfmoon, Crown Tail, HMPK (konon silangan antara halfmoon dan plakat), Fancy, Surga hingga Emas. Masih banyak jenis-jenis yg puluhan tahun yang lalu tak ada istilahnya. Pembicaraan, dari bagaimana proses perkembangan hingga harganya. Dari yang dilihat mata di masing-masing aquarium hingga yang ada di hape. Ikan-ikan yg ditunjukkan melalui video dari handphone. Dari berbagai warna dan jenis. Dari yang berlabel harga hingga tanpa label harga.

Harga yang diceritakan itu, membuat terbelalak. Tak hanya puluhan ribu, yang waktu di tahun 2000-an, sudah kurasa mahal. Mereka bilang harga yang dipajang di meja mereka, sudah ratusan ribu. Bahkan ada yang kawan yang sudah mengincar, membeli yang juta-an. "Ini pak, saya ditawari 1,7juta", "yang merah putih ini, sudah saya buka harga di dua setengah, tapi belum dilepas, pak".
Woow, harga yang fantastis untuk ikan sekecil itu. Dan membuat tak logis, menurutku.

***

Ini sama dengan tanaman gelombang cinta, kemudian batu akik yg beragam dan berbagai asal. Lalu tanaman daun "janda", tanaman yg kumiliki sebelum booming. Sekarang cupang.

Itulah, yang namanya hobi. Harga selangit pun, akan mudah dikeluarkan dari dompet mereka. Bagaimana pengaruh hobi ini bisa mempengaruhi hingga menyihir banyak orang, hingga berbondong-bondong mereka menjalani hobi itu. Mari kita pahami secara sedikit ilmiah.

***

Ada suatu teori yang namanya TPB (theory of planned behaviour). Teori itu bercerita tentang pemahaman akan perilaku. Dalam TPB itu bisa dikembangkan dengan variabel baru. Ada variabel yang menarik dan menjadi "kebaruan" dari penelitian. Dan ini relevan dengan fenomena hobi ini. Variabel peer infuence (PI), memberi kekuatan pada suatu kelompok yang dapat bergulir bak bola salju. Kesan, cerita, dan pengalaman individu akan mempengaruhi kelompoknya untuk 'tergerak'. Tergerak untuk menjalankan hobi yang sama. Sebelum variabel ini bekerja, ada variabel trust (T) yang awalnya menggerakkan masing-masing invividu. Variabel T ini, membuat bahwa hobi yang dijalankan memberikan ketenangan, mengalihkan waktu luang di tengah tekanan yang ada. Dan ini yang masing-masing penghobi yakini. 

Hal di atas, pandangan dari sisi pelaku. Bisa juga dipandang dari sisi mahalnya harga dari teori ekonomi. Nah, ini pandangan kenapa mereka akhirnya bergelombol dalam menjalani hobi populer bersama.

Inilah teori perilaku yang dapat memahami fenomena hobi yang populer. Hobi yang 'menarik' banyak orang terhadap kesenangan bersama ini. Apakah anda termasuk di dalamnya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline