Baru-baru ini bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan jika Banyuwangi merupakan kota dengan tingkat biaya hidup termurah di Indonesia. Pernyataan tersebut bukan bualan semata. Perkataan Azwar Anas berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat statistik).
Dalam Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan oleh BPS, menetapkan Banyuwangi sebagai daerah dengan biaya hidup terendah di Indonesia. Dari survei BPS menunjukan bahwa biaya hidup di Banyuwangi sangat jauh lebih murah di bawah rata-rata biaya hidup daerah lainnya di Indonesia.
Biaya hidup untuk wilayah Banyuwangi sebesar Rp 3,03 juta perbulan. Sedangkan, rata-rata biaya hidup secara nasional di Indonesia adalah Rp 5,5 juta per bulan. angka tersebut menunjukan Banyuwangi termasuk salah satu wilayah yang masih sangat murah biaya hidupnya.
Survei SBH sendiri merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh BPS setiap lima tahun sekali. survei tersebut diukur dengan menetapkan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk hidup dalam satu bulan. Satuan biaya yang dipakai berdasarkan biaya hidup yang dilihat dari keluarga dengan empat anggota keluarga.
Hasil survei ini tentunya menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Azwar Anas. Karena berhasil membuat Biaya hidupnya murah di Banyuwangi jika dibandingkan dengan Jakarta yang merupakan wilayah dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Bila diperbandikan antar kedua daerah tersebut, SBH di Jakarta lebih dari dua kali lipat SBH di Banyuwangi. Saat ini Jakarta yang menempati posisi tertinggi SBH dengan total mencapai 7,5 juta.
Mengawasi dan Meningkatkan
Azwar Anas juga sempat mengatakan bahwa ia akan berusaha mempertahankan hal tersebut. Pengendalian harga kebutuhan pokok akan tetap dilakukan. Pemkab Banyuwangi akan selalu melakukan kontrol terhadap pasar agar inflasi tetap dalam batas aman dan tidak merugikan masyarakat.
Menurut Azwar Anas, percuma saja jika pendapatan masyarakat naik tetapi harga pokok tetap mahal. Artinya kesejahteraan sama saja tak dapat terwujud. Maka dari itu Banyuwangi berusaha untuk memastikan peningkatkan pendapatan perkapita masyarakatnya.
Peningkatan Banyuwangi pada sektor ekonomi memang begitu pesat. Azwar Anas berusaha untuk menggenjot potensi perekonomian di Banyuwangi secara maksimal melalui berbagai bidang, terutama pada sektor pariwisata.
Dapat dilihat kesuksesan Azwar Anas yang terbukti berhasil meningkatkan pendapatan per kapita Banyuwangi yang tadinya Rp. 14,7 juta pada tahun 2010, menjadi Rp. 33,7 pada 2015 dan kemudian menembus Rp. 41 juta. Selain itu Indeks Ketimpangan atau gini ratio Banyuwangi juga turun dari 0,33 menjadi 0,29.
Hal ini dapat terjadi karena Azwar Anas mampu menyiasati turunnya indeks ketimpangan di Banyuwangi dengan menciptakan iklim ekonomi kondusif yang membuat biaya hidup murah tetapi diikuti oleh pendapatan masyarakat juga semakin meningkat.