If everybody was falling in love with Mad Dog, then The Raid 2 has Hammer Girl and Baseball Bat Man! Dapat dibilang, euforia atas film Martial Arts Indonesia, The Raid 2: Berandal, telah usai. Saya sendiri merasakan atensi dan animo masyarakat terhadap film ini tak sebesar pendahulunya, The Raid: Redemption. Ada banyak sebab, dan saya tak mau mendebatkannya di sini. Karena ini bukan tentang The Raid 2. Ini adalah tentang karakter yang ada di dalam jalinan ceritanya. Hammer Girl si gadis palu dan kakaknya, Baseball Bat Man. Jika saya harus memuji si sutradara, Gareth Evans, maka saya akan acungi lima jempol (yang satu pinjem temen) untuk kepiawaiannya menciptakan karakter yang unik dan memorable. Ingat Mad Dog, si anjing gila yang menjadi fenomena di The Raid yang pertama? Evans kembali menciptakan villains yang pasti akan dikenang oleh para penonton di sekuelnya. Duo karakter ini sebenarnya hanya mendapat porsi yang relatif sedikit. Bahkan tanpa dialog. Tapi mereka berhasil menarik perhatian penonton, karena keunikan karakter dan fighting scene yang minim namun eye-catching. Khusus untuk Hammer Girl (yang diperankan dengan apik oleh aktris jelita Julie Estelle), mungkin masalah gender menjadi daya tarik tersendiri. Fans The Raid yang kebanyakan lelaki, tentu merindukan kehadiran seorang gadis cantik dalam jalinan cerita, setelah puas disuguhi 'pedang-pedang' yang berkelahi habis-habisan di apartemen nan kumuh di The Raid pertama. Bahkan Evans melampaui ekspektasi itu. Dia tidak hanya memberikan 'hadiah' berupa gadis cantik semata kepada penggemarnya. Dia menghadiahi sekaligus paket kombinasi cantik-berdarah-bawa palu-mematikan dalam satu karakter. Membuat para pria tak hanya 'terhibur matanya', tapi juga 'terantarkan menuju orgasme kekerasan dan darah'. Tapi bagi saya, yang lebih menarik adalah cerita masa lalu Hammer Girl dan Baseball Bat Man, yang hanya ada di dalam kepala Evans. Dengar-dengar, untuk kebutuhan pendalaman karakter dan pembangunan chemistry antara Julie Estelle dan Very Try Yulisman (pemeran Baseball Bat Man), Evans sampai menulis pecahan cerita tentang masa lalu keduanya. Dan sama seperti mayoritas penonton, saya berharap akan ada spin-off untuk kedua karakter ini, walaupun Evans sudah bilang tidak. Tapi saya bermimpi Hammer Girl dan abangnya dibuatkan film tersendiri; yang saya yakin akan berpuluh kali lebih hebat daripada The Raid 2 sekalipun. Kenapa? Mungkin alasan saya agak berbeda. Jika membaca kisah masa lalu mereka (yang bisa dibaca sekilas di sini), saya membayangkan akan ada banyak potensi yang bisa digali. Tak hanya menjual adegan action, cerita spin-off mereka berdua memiliki tendensi untuk mengangkat tema-tema lain yang lebih sensitif dan menyentuh. Sebut saja adegan kekerasan pada anak, yang sedang marak akhir-akhir ini. Atau bagaimana kakak beradik ini tumbuh tanpa memiliki hati dan perasaan. Ada unsur drama yang kuat yang bisa ditonjolkan. Dan yang paling penting bagi saya adalah ini: Bagaimana cerita Hammer Girl dan Baseball Bat Man, akan menjadi sebuah cerita yang penuh dengan nilai dilema moral. Film ini bisa menjadi V for Vendetta atau The Punisher-nya Indonesia. Penonton akan terombang-ambing diantara kebenaran dan kekotoran. Mereka akan dipaksa memaklumi alasan kenapa Hammer Girl dan Baseball Bat Man tega membunuhi orang-orang, tanpa merasa bersalah sedikitpun. Potensil! Sebuah spin-off yang menjanjikan! Tapi pada akhirnya, keputusan tetap berada di tangan sang kreator, Gareth Huw Evans. Dan dia sudah memutuskan tidak akan membuat film apapun tentang dua karakter tersebut. Tapi saya keras kepala. Saya sudah kadung jatuh cinta pada Julie Estelle,eh...Hammer Girl dan Baseball Bat Man. Dan tidak ada salahnya juga, saya terus berharap semoga Evans merubah pikirannya. C'mon Evans! I know it would be good to be a comic. But trust me, it would be kicked ass if you give them another movie!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H